Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

10

Jawa - Hindu ke pola kehidupan masyarakat tradisional baru yang bercorak maritim di daerah pantai yang komersial dengan agama Islam sebagai identitasnya. Sekaligus juga merupakan kebangkitan kelompok-kelompok sosial di Barito Hilir untuk memegang kekuasaan politik dan membina suatu sistem sosial kultural baru yang disebut Banjar[1]. Dalam Hikayat Banjar, jelas kata Banjar menunjukkan nama desa tertentu di sekitar Cerucuk sekarang di samping desa Sarapat, Balandean, Tamban, Belitung dan Kuin. Desa Banjar ini disebut pula Banjarmasin, karena tetuha desa disebut Patih Masih. Pada permulaannya Banjar di Muara Cerucuk ini adalah sebuah kampung orang Melayu atau kampung Oloh Masih[2].

Setelah Pangeran Samudera menjadi raja di Banjarmasin, maka kampung orang Melayu ini berfungsi pula sebagai bandar, lengkapnya "Bandar Masih, kemudian menjadi ibu kota kerajaan yang baru di desa Kuin. Pada tahun 1526 berdirilah Kota Banjarmasin, sekaligus menandai kemenangan Pangeran Samudera terhadap kerajaan Pedalaman. Perdagangan makin meningkat yang memungkinkan terjadinya kontak kultural dengan dunia luar dan tumbuhnya ekonomi komersial, maka kota Banjarmasih, yang kemudian berubah sebutannya menjadi Banjarmasin menjadi kota dagang yang amat ramai dikunjungi oleh berbagai suku dan bangsa.

Banjarmasin sudah menghasilkan Jung-Jung untuk pelayaran interinsuler dan interkontinental, terutama bagi pelayaran Jawa[3]. Pelayaran perdagangan dan pembajakan laut meningkatkan kekayaan suatu kerajaan laut. Semua dasar-dasar politis dan ekonomis kerajaan Banjar tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pada abad ini yang memerintah adalah Sunan Batu Habang, Penambahan Batu Putih, dan Panambahan Batu Hirang[4].

Banjarmasin menjadi salah satu pusat migrasi suku-suku bangsa, baik Melayu maupun Jawa, yang datang ke Banjarmasin akibat pergolakan politik dan peperangan di Indonesia Timur di abad ke-17. Sebagai pusat kebudayaan yang utama daerah mari-

  1. Soeri Sairoto (1978). Berdirinya Kerajaan Banjarmasin suatu Tujuan Sosial Kultural. dalam lembaran sejarah No: 6 Faksasdaya UGM. p. 127. 
  2. J.J. Ras (1968). Hikayat Banjar. A. Study in Malay Historiography. s-Gravenhage. N.V. De Nederlandsche Bock en Steendrukkerij v/h. It. L. Smits. p. 192. 
  3. Schrieke B. (1955). Indonesia Sociological Study. part one. Van Hoeve Ltd, The Hage. p. 23. 
  4. M. Idwar Saleh (1982). Banjarmasih. Depdikbud Museum Negeri Lambung Mangkurat Prop. Kal-Sel. p. 30.