Halaman:SEJARAH KOTA PADANG.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

21

pegawainya. Sekitar tahun 1781 loji ini dihancurkan Inggeris sewaktu mereka menduduki kota Padang.

Di simpang Jalan Nipah, berbelok ke kiri arah ke muara ditemui penginapan "Hotel Padang" dan "Hotel Sumatera" yang semuanya menghadap ke laut. Di bekas bangunan "Hotel Sumatera" sekarang berdiri penjara baru atau Rumah Penjara Muara. Apabila berbelok ke kanan dari simpang Jalan Nipah arah ke Utara, ditemui sebuah gedung besar terbuat dari kayu tempat tinggal Gubernur, sebelum pindah ke Belantung yang sekarang bemama Jalan Sudirman. Di bagian depan sebelah kanan gedung ini terdapat sebuah kantor peradilan sebelum didirikan Pengadilan Tinggi yang baru. Setelah rumah Gubemur pindah ke Belantung, di atas tanah bekas rumah Gubemur itu didirikan "Hotel Oranye" sekarang Hotel Muara. Selain "Hotel Oranye" di daerah ini terdapat pula sebuah hotel lagi yakni "Hotel Aceh".

Perlu diketahui bahwa kira-kira pertengahan abad ke 19 sebelum hotel-hotel tersebut didirikan telah ada semacam pension atau pasanggerahan bernama "de Chevalier" dekat muara Batang Arau, sekarang bernama Muara Padang.

Dari simpang tiga Jalan Nipah, ke kanannya menyusur pantai ada sebuah jalan sampai ke Ujungpandan dan ke kirinya bersambung dengan Jalan Muara. Di sebelah kanan jalan ke Ujung Pandan itu ditemui kantor pos yang kemudian dijadikan kantor Polisi. Tepat di depan kantor ini terdapat kantor perwalian Weeskamer. Masih di jalan ini arah ke Utara dekat pantai terdapat depot penyimpanan minyak tanah, tempat ini nantinya dijadikan tanah lapang sebagai tempat berlatih menembak atau lapangan Dipo sekarang Taman Budaya Padang.

Arah ke Timur dari Lapangan Dipo tersebut di atas sebelah kanannya terdapat lapangan Michiels. Di lapangan Michiels berdiri sebuah tugu terbesar yang pernah didirikan Belanda di Sumatera, sekarang bemama "Taman Melati". Sebelumnya di lapangan ini semenjak abad ke 18 berdiri gereja