Halaman:SEJARAH KOTA PADANG.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

19

dalam "Padang Riwayatmu Dulu. menyebutnya pasar di "hilir"16). Namun penduduk Padang sampai sekarang menyebutnya Pasar Gadang. Pasar bertetangga dan sebelah Timur Pasar Gadang dinamai "Pasar Mudik" baik oleh Rusli Amran maupun oleh penduduk.

Namun ketika Aceh melebarkan sayapnya ke daerah-daerah pantai Barat Sumatera sejak akhir abad ke 16, Padang sudah merupakan kota dagang, tidak saja dijalankan dengan daerah pedalaman. tetapi rakyat setempat juga berdagang dengan orang-orang luar seperti: Jawa, India, Arab, Cina dan Aceh. 17) Hingga akhir abad ke 18 wilayah kota Padang hanya sekitar daerah Batang Arau, Kampung Cina, Pasar Gadang atau Pasar Hilir, Pasar Mudik, Palinggam dan daerah pinggir laut. Sisanya merupakan hutan dan tanah rawa. Sejak dekade ketiga abad 19 pertumbuhan wilayah kota lebih banyak ke arah utara. Perkembangan ini terjadi setelah De Stuers tanggal 22 September 1829 memutuskan bahwa barang siapa membuka tanah, dia menjadi pemilik yang sah, walaupun tanah itu kepunyaan kaum Bodi Caniago maupun Koto Piliang.18) Pada Pelita I, II, III dan IV pertumbuhan kota ini tidak saja ke Utara tetapi juga ke Timur.

Walaupun kegiatan perdagangan terjadi di daerah sekitar muara Batang Arau, namun kapal-kapal yang relatif berukuran besar tidak dapat berlabuh di Batang Arau, kecuali perahu, biduk dan kapal berukuran kecil. Kapal-kapal layar yang berukuran samudera dan kapal-kapal api berlabuh di pantai Timur pulau Pisang Gadang. Di sini berdiri 3 buah dermaga, bedeng, barak prajurit dan perwira, rumah sakit yang sederhana, gudang batu bara, kuburan dan tiang setinggi 20 meter yang berfungsi memberi tanda. Dari pulau Pisang Gadang inilah para penumpang dan barang-barang dibawa dengan perahu dayung dan kapal ke Muara Padang. Di tepi Batang Arau terdapat sebuah dermaga kecil tempat turunnya penumpang. Setelah naik ke darat penumpang melewati jembatan kecil. Di sebelah kanan