Halaman:SEJARAH KOTA PADANG.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

14

juga menempati daerah tertentu pula yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Cina. Kalau masyarakat Nias dikepalai oleh seorang Kepala Kampung yang berasal dari Nias, maka masyarakat Keling dikepalai oleh Kapten Keling serta masyarakat Cina dikepalai oleh Kapten Cina.13)

Pada tahun 1819, ketika kota Padang dikembalikan oleh lnggeris kepada Belanda, tercatat penduduk kota Padang sebagai berikut: 150 orang Eropa, 7.000 orang Melayu, 200 orang Cina, 200 orang India atau Keling, 1.000 orang Arab dan Asia lainnya, 1.500 orang Nias. Walaupun orang Arab termasuk jumlah yang relatif banyak dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya di Padang, namun kita tidak menemui suatu kampung Arab. Berbeda dengan suku Jawa yang datang kemudian dibawa Belanda ke Padang sebagai serdadu, pekerja dan buruh serta lain-lainnya, mereka juga mempunyai pemukiman tersendiri dengan nama Kampung Jawa. Bahkan Pasar yang terletak sebelah Timur dan berdekatan dengan Kampung Jawa disebut Pasar Jawa yang sekarang bemama Pasar Raya Kotamadya Padang. Dahulunya bahkan sampai sekarang masih ada penduduk Padang yang akan berbelanja ke Pasar Raya, menyebutnya ke Kampung Jawa, menurut dialek daerah Kampuang Jawo.

Aceh di bawah pimpinan Panglima Nanda pernah menaklukkan Padang dan menguasai perdagangan bandar Padang. Walau pun Aceh mempunyai pengaruh ekonomi - politik dan sosial budaya selama berpuluh-puluh tahun dalam abad 17 , namun mereka tidak mempunyai tempat pemukiman yang berlanjut sampai sekrang. Begitu pula dengan orang-orang Eropa, terutama orang Belanda pada tahun 1665 telah membuka loji dan menetap di Padang. Dalam suatu catatan ditulis bahwa saat Perancis akan menyerang Padang pada tanggal 7 Desember 1793, Von Erack penguasa VOC di Padang minta bantuan ke Batavia untuk melindungi sebanyak 184 jiwa orang Eropa yang menetap di kota Padang.14) Pemukiman orang Eropa ini terdapat pada pinggir kiri dan kanan Batang