Lompat ke isi

Halaman:Pola Penguasaan Pemilikan dan Penggunaan Tanah Secara Tradisional Daerah NTB (1986).pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

3.4. Sistem Religi

Bagi masyarakat sasak, Islam telah diterima sebagai suatu agama yang diyakini oleh penganutnya. Hal ini tidak hanya karena semua orang sasak pemeluk agama Islam, tetapi juga karena peranan lembaga Islam yang telah lama berkembang, seperti masjid, langgar dan pesantren/pondok di bawah pimpinan langsung seorang Tuan Guru.

Seorang Tuan Guru tidak hanya sebagai seorang figur pimpinan Agama, tetapi peranannya dalam bidang sosial dan kemasyarakatan telah memberikan warna terhadap kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa belajar agama dari bimbingan dan tuntunan Tuan Guru melalui beas sanri/murid-muridnya yang telah tesebut luas hampir di setiap gubug atau kampung. Masjid dan Langgar digunakan sebagai tempat beribadah, pendidikan Islam, pengajian yang dilaksanakan secara periodik, dan sebagai tempat kegiatan kemasyarakatan lainnya. Bagi mereka yang ingin mendapatkan bimbingan secara langusng dari Tuan Guru dapat dilakukan dengan sistem mondok (tinggal dan belajar di pesantren).

Meskipun Islam telah berakar dalam masyarakat sasak, ini tidak bermakna bahwa semua kepercayaan Animisme dan Hindu menjadi hilang. Mereka percaya bahwa ada kekuatan-kekuatan gaib yang menunggu dan menguasai suatu tempat atau benda-benda tertentu. Kekuatan-kekuatan gaib tersebut tinggal au menunggu pohon-pohon tertentu, bukit, sungai, kuburan, bahkan pada keris pusaka, seperti bate pada masyarakat sasak di desa Surabaya. Bate tersebut dipelahara, dirawat, dan diberikan sesajian secara periodik dalam suatrumah khusus.

Kepercayaan tersebut berpengaruh dalam mengatur tingkah laku masyarakat desa. Agar terhindar dari pengaruh negatif kekuatan gaib tersebut, mereka mengadakan upacara-upacara tertentu pada waktu mendirikan/menempati rumah-rumah baru dan ketika hendak menanam padi.

Upacara-upacara yang dikenal dalam masyarakat desa merupakan perpaduan antara pengaruh Islam dengan kepercayaan-kepercayaan lama. Hal ini nampak dalam upacara yang menyangkut siklus hidup, sepeti kelahiran, gunting rambut, perkawinan, dan kematian.

Di samping itu, masyarakat desa juga percaya bahwa wabah penyakit ataupun kematian adalah akibt dari kemurkaan roh-roh halus atau kekuatan-kekuatan gaib yang menguasai tempat-tempat tertentu. Agar

19