Setelah A melihat bahwa B sudah siap menjaganya A mulai mengungkit kayu akan anak tersebut. B berusaha menangkapnya walaupun larinya kayu anak sukar diramalkan ke mana terlemparnya. Bilamana B dapat menangkapnya, B mendapat nilai sesuai perjanjian misalnya 10, sedangkan A mati.
Kalau tangkapan B meleset, kayu anak diambilnya kemudian dilemparkan menuju lobang berusaha mengenai kayu induk yang dipasang A melintang lobang. Apabila B dapat mengenai kayu induk, A mati. Kalau tidak kena maka permainan diteruskan oleh dan B untuk tahap kedua.
Dalam tahap ke dua ini A mengambil kayu anak yang dilemparkan B tetapi tidak mengenai induknya tadi. Dengan tangan kanannya A menggenggam kayu induk pada sebelah ujungnya dengan ibu jari dan telunjuknya menjepit kayu anaknya. Kayu anak diambung atau dilemparkan ke atas dengan perlahan, kemudian dipukul dengan kayu induk sampai terlempar jauh. B berusaha menangkap kayu anak yang terlempar karena pukulan A.
Gambar sketsa IV (A sedang memegang kayu induk dan menjepit kayu anak):
Kedudukan B masih dihadapan A dalam jarak kira-kira 8-10 meter. Mengapa B harus menjaga lebih jauh dari tahap I, karena kayu anak akan terlempar jauh karena pukulan yang kuat.
Apabila kayu anak tersebut dapat ditangkap B maka ia mendapatkan nilai dan A mati. Kalau A mati maka B naik jadi pemain yang naik dan C sebagai penjaga. Apabila B tidak dapat menangkapnya, maka kayu anak tersebut dipungut B lagi kemudian diemparkan ke arah lobang berusaha memasukkannya ke dalam lobang. A berdiri dekat lobang sambil memegang kayu induknya dan berusaha menangkis kayu anak agar tidak masuk lobang dengan jalan memukulkan kayu induknya ke pada kayu anak yang sedang bergerak diudara atau menggelinding di tanah. Misalkan pukulan A kena sehingga kayu anak terlempar, B berjaga-jaga pula menangkapnya. Apabila tertangkap, B dapat nilai dan A jadi mati. Apabila B tidak dapat menangkapnya nilai akan diper
192