Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/125

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 109 —

Lagi sabenarnja, kita djalan di sini, sama soeatoe kandaran, ada apa sangkoetannja?”

„O, tida sama sekali! Akoe kataken itoe poen boekan lantaran ada maksoed apa-apa.”

„Kaloe begitoe . . . . .

Dengen sakoenjoeng-koenjoeng baginda poetoesken perkatahannja, berpaling ka blakang, dan meliat koeliling.

Tida sabrapa djaoe di blakang iaorang, ada berdjalan satoe prampoean toewa, dengen terbongkok-bongkok, menggendong satoe boengkoesan jang berada di belakangnja. Dengen sa’antero badannja ia mengglendot pada satoe toengkat, saraja djalan dateng mengamperi.

„Tjoba bernanti sabentaran!” kata baginda kamoedian. „Sampe pada sekarang ini akoe masi bisa toetoep matanja permeisoeri dalem ini perkara. Tida satoe orang bisa sampeken perkatahan padanja, jang Clémence ada berdiam di ini bilangan, tapi akoe sanantiasa masi merasa kwatir, si tjilaka Meaublanc nanti mendjadi andjing, mentjari endoesan koelilingan. Dari itoe, terlandjoer kita bertemoe pada ini si toewa, biarlah kita menanja, apa barang-