Halaman:PDIKM 693-11 Majalah Aboean Goeroe-Goeroe November 1928.pdf/12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

216

A.G.G.


I „Anak-anak (orang) jang selaloe dimarahi.”
II „Pekerdjaannja selaloe ditjela.”
III „Anak-anak (orang) jang selaloe dapat siksa jang tiada berpadanan dengan kesalahannja.

Kalau seorang anak selaloe kita marahi, maka ia soedah bersangka bahwa kita (siiboe bapa) bentji kepadanja. Djadi apa2 pekerdjaaan jang dikerdjakannja, tidak dengan kemaoean hatinja, hanjalah tersebab karena takoet. Dianja soedah herpikir, bahwa pekerdjaan itoe hanjalah perintah. Djadi patoetlah bagi kita memikirkan bagaimana pekerdjaan itoe soepaja diperboeatnja dengan (hendaknja) kemaoean hatinja sendiri. Tentoelah achirnja segala pekerdjaannja dan kemaoeannja terbit dari hati (pikiran) sendiri; tidak karena perintah.

Kalau segala pekerdjaan anak itoe selaloe ditjela, diboeroekkan, tentoelah akan terbit poela pikirannja, jang lebih boeroek lagi; jaitoe apa goenanja saja berboeat ini, itoe, sebab semoeanja ditjela dan diboeroekkan nanti. Lebih baik tiada saja kerdjakan!

Patoet poela bagi kita (siiboe bapa) memperhatikan perboeatan anak2 itoe, dengan moeka jang bersih, moeloet jang manis. Kalau perboeatannja itoe beloem bersetoedjoe dengan jang kita kehendaki, dikatakan sadja kepadanja: ”Tentoe nanti perboeatanmoe jang datang lebih bagoes dan sempoerna dari pada ini” ”Saja pertjaja bahwa pekerdjaan II lebih bagoes dari pada pekerdjaan I dan jang III, IV, V tentoe lebih bagoes djoega dari bermoela. Mendengar perkataan jang demikian, tentoelah anak itoe bersenang hati, dan beroesahalah ia memperboeat jang lebih bagoes dengan radjin dan oesaha setenaganja.

Kalau sekiranja anak2 itoe selaloe dapat siksa, tentoelah ia akan mengabaikan segala pekerdjaannja, sebab ia telah tahoe meskipoen ia beroesaha dengan sepenoeh-penoeh kesoekaannja, dan kalau salah sedikit sadja, ia pertjaja, bahwa ia akan dapat djoega siksaan nanti.

Hal ini patoet poela kita menimbang dengan pikiran jang soetji, bahwa anak itoe njata koerang pengetahoeannja dari pada kita dan kita lebih pandai dari padanja; sebagai kita tahoe, bahwa lebih banjak jang kita rasai dan lebih banjak pemandangan kita dari padanja „lama hidoep banjak dirasai, djaoeh berdjalan banjak dilihat.

Kalau kiranja sianak telah mengakoe kesalahannja; berdjandji nanti tiada akan memperboeatnja, tiada patoet rasanja akan dapat siksa djoega. Kalau ia soedah mengetahoei poela bahasa ia akan kena siksa djoega, soedah tentoe poela ia akan mengabaikan pekerdjaannja, lebih dari pada biasa. Djadi sifat2 jang demikian, akan tertanam pada anak2 seoemoer hidoepnja. Itoelah bibit jang moelanja mendatangkan tjelaka bagi seseorang.

Bagaimana poela pada pertimbangan pembatja? Kalau seorang mandoer memperboeat seperti keadaan itoe? Begini diboeat koeli, ditjela, be-