kursi, dimuka medja-tulisnja, begitulah ia dalam tahun 1883 menghembuskan nafasnja jang penghabisan.
Seolah-olah mendengarlah kita dimana-mana negeri suaranja mendengung sebagai guntur, tatkala ia dalam tahun 1847 menulis seruannja:
„Kaum buruh dari semua negeri, kumpullah mendjadi satu!“ Dan sesungguhnja! Riwajat-dunia belumlah pernah mentjeriterakan pendapat dari seorang manusia, jang begitu tjepat masuknja dalam kejakinan satu golongan pergaulan-hidup, sebagai pendapatnja kampiun kaum buruh ini. Dari puluhan mendjadi ratusan, dari ratusan mendjadi ribuan, dari ribuan mendjadi laksaan, ketian, djutaan begitulah djumlah pengikutnja bertambah-tambah. Sebab, walaupun teori-teorinja ada sangat sukar dan berat untuk kaum jang pandai dan terang-fikiran, tetapi amatlah ia gampang dimengerti oleh kaum jang tertindas dan sengsara kaum melarat fikiran jang berkeluh-kesah itu”.
Berlainan dengan sosialis-sosialis lain, jang mengira bahwa tjita-tjita mereka itu dapat tertjapai dengan djalan persahabatan antara buruh dan madjikan, berlainan dengan umpamanja: Ferdinand-Lassalle, jang teriaknja itu ada suatu teriak-perdamaian, maka Karl Marx, jang dalam tulisan-tulisannja tidak satu kali mempersoalkan kata asih atau kata tjinta, membeberkan pula faham pertentangan golongan: faham klassenstrijd, dan mengadjarkan pula, bahwa lepasnja kaum buruh dari nasibnja itu, jalah oleh perlawanan-zonder-damai terhadap pada kaum „bursuasi“, satu perlawanan jang tidak boleh tidak, musti terdjadi oleh karena peraturan jang kapitalistis itu adanja.
Walaupun pembatja tentunja semua sudah sedikit-sedikit mengetahui apa jang telah diadjarkan oleh Karl Marx itu, maka berguna pulalah agaknja, djikalau kita disini mengingatkan, bahwa djasanja ahli-fikir ini jalah: — ia mengadakan suatu peladjaran gerakan fikiran jang bersandar pada perbendaan (Materialistische Dialectiek); — ia membentangkan teori, bahwa harganja barang-barang itu ditentukan oleh banjaknja „kerdja“ untuk membikin barang-barang itu, sehingga „kerdja“ ini jalah „wertbildende Substanz“, dari barang-barang itu (arbeids-waarde-leer): — ia membeberkan teori, bahwa hasil pekerdjaan kaum buruh dalam pembikinan barang itu adalah lebih besar harganja daripada jang ia
22