peraturan jang bersifat kapitalistis: dengan memerangi meerwaarde inilah, maka kaum Marxisme memerangi kapitalisme sampai pada akar-akarnja!
Untuk Islamis sedjati, maka dengan lekas sahadja teranglah baginja bahwa tak lajaklah ia memusuhi faham Marxisme jang melawan peraturan meerwaarde itu, sebab ia tak lupa, bahwa Islam jang sedjati djuga memerangi peraturan itu; ia tak lupa, bahwa Islam jang sedjati melarang keras akan perbuatan memakan riba dan memungut bunga. Ia mengerti, bahwa riba ini pada hakekatnja tiada lain daripada meerwaardenja faham Marxisme itu!
„Djanganlah makan riba berlipat-ganda dan perhatikanlah kewadjibanmu terhadap Allah, moga-moga kamu beruntung!“, begitulah tertulis dalam Al Qur'an, surah Al 'Imran, ajat 129!
Islamis jang luas pemandangan, Islamis jang mengerti akan kebutuhan-kebutuhan perlawanan kita, pastilah setudju akan persahabatan dengan kaum Marxis, oleh sebab ia insjaf bahwa memakan riba dan pemungutan bunga, menurut agamanja adalah suatu perbuatan jang terlarang, suatu perbuatan jang haram: ia insjaf, bahwa inilah tjaranja Islam memerangi kapitalisme sampai pada akar dan benihnja, oleh karena, sebagai jang sudah kita terangkan dimuka, riba ini sama dengan meerwaarde jang mendjadi njawanja kapitalisme itu. Ia insjaf, bahwa sebagai Marxisme, Islam pula, „dengan kepertjajaannja pada Allah, dengan pengakuannja atas Keradjaan Tuhan, adalah suatu protes terhadap kedjahatannja kapitalisme“.
Islamis jang „fanatik“ dan memerangi pergerakan Marxisme adalah Islamis jang tak kenal akan larangan-larangan agamanja sendiri, Islamis jang demikian itu tak mengetahui, bahwa, sebagai Marxisme, Islamisme jang sedjati melarang penumpukan uang setjara kapitalistis, melarang penimbunan harta-benda untuk keperluan sendiri. Ia tak ingat akan ajat Al Qur'an: „Tetapi kepada barang siapa menumpuk-numpuk emas dan perak dan membelandjakan dia tidak menurut djalannja. Allah chabarkanlah akan mendapat satu hukuman jang tjelaka!“ Ia mengetahui, bahwa sebagai Marxisme jang dimusuhi itu agama Islam dengan djalan jang demikian itu memerangi wudjudnja kapitalisme dengan seterang-terangnja!
19