Halaman:Mimbar Indonesia Vol 31-32.pdf/11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

MIMBAR Indonesia

Negara Arab dan Indonesia Oleh: Penindjau Islam

PERDJUANGAN kebangsaan Indonesia jang telah mewudjudkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 jang lalu, selamanja mendapat perhatian penuh dari negara-negara Arab. Perhatian itu memuntjak dengan putusan Lembaga Negara-negara Arab pada tanggal 18 Nopember 1946 untuk mengandjurkan kepada anggauta-anggautanja agar memberi pengakuan kepada Republik Indonesia.

Dengan setjara mendadak, pada tanggal 12 bulan Maret 1947, diumumkan di Radio Republik Indonesia bahwa tuan Mohammed Abdul Monem, utusan Lembaga Arab telah sampai di Ibu Kota Republik Indonesia. Kemudian langkah tersebut dibalas oleh Republik Indonesia dengan mengutus Delegasi jang diketuai oleh H.A. Salim sehingga berturut-turut hegara2 Arab mengakui kedaulatan Republik Indonesia.

Sesungguhnja perhatian negara-negara Arab kepada Indonesia tidak hanja mulai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, akan tetapi sebelum itu telah banjak perhubungan antara negara-negara Arab dan Indonesia meskipun dengan tidak resmi.

Ketika perang di Pasifik masih menjala-njala dan pemerintah Dj pang mengumumkan djandji kemerdekaan bagi Indonesia, waktu itu pemimpin Palestina Hadji Amin el Husseini bekerdja giat dengan menemui ambassador Djepang di Berlin serta berhubungan dengan pemimpin-pemimpin negara Djepang.

Pengumuman itu bertepatan pula dengan berlangsungnja Kongres Pertama dari Lembaga Negara-negara Arab di Alexandria. Kesempatan ini telah dipergunakan oleh pemuda-pemuda kita di Cairo untuk mengadjak negara-negara Arab jang turut berkongres itu supaja akan mengakui terus dikala kemerdekaan negara Indonesia diumumkan.

Dan sebelum itu pula dalam beberapa peristiwa, Indonesia selalu merupakan satu anggauta dalam muktamar-muktamar Islam jang pernah diadakan baik di Mekkah jang diadakan pada tahun 1924 atas panggilan Seri Baginda Radja Ibn Saud atau di Cairo pada tahun 1926 atas panggilan Rektor Universiteit Azhar atau di Palestina jang diadakan pada tahun 1931 atas panggilan Hadji Amin el Husseini.

H.A. Salim, ketua delegasi Indonesia ke negeri2 Arab, berbitjara diresepsi jang diadakan oleh delegasi disalah satu hotel di Cairo berhubung dengan pengakt Mesir Thadap Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat. Dikunan beliau: 1. Emir Faesal el Saud. putera Baginda Ibn. Saud dan menteri L.N. Saudi Arab dan 2. Mufti Besar Palestina, Hadji Amin el Husseini. Dikiri beliau 1. Ahmad Khasabah Pasha, wakil perdana menteri Mesir (sekarang menteri L.N.). 2. Ahmad Abdul Ghaffar Pasha, menteri Pertanian dan 3. Kamel Abdul Rahim Bey, waktu itu wakil menteri L.N.

Pada Kongres jang diadakan oleh Seri Baginda Radja Ibn Saud bangsa Indonesia telah diwakili oleh almarhum Tjokroaminoto, almarhum Kjai Mansur dan Hadji Agus Salim. Pada Kongres jang diadakan di Cairo oleh Rektor Azhar, wakil Indonesia ada. lah almarhum Dr. Abdul Karim Amarullah dan almarhum Dr. Abdullah Ahmed dan pada Kongres di Palestina jang diusahakan oleh Hadji Amin el Husseini, wakil Indonesia adalah H. Abdul Kahhar Muzakkir, kepala Sekolah Tinggi Islam sekarang dan H. Abu Bakar Asj'ari dari Perlis, Malaya.

Selain daripada peristiwa-peristiwa jang penting itu, kota Cairo dan Mekkah selalu mendjadi pusat pertemuan dari orang-orang jang terkemuka dari negara-negara jang penduduknja beragama Islam, termasuk negara Indonesia. Tidak sedikit ahli-ahli pergerakan Arab jang pernah beribadah hadji dan djuga pernah berada di Indonesia dan tidak sedikit pula orang-orang Indonesia jang bermukim di Arabia atau di Cairo hidup dalam udara jang merdeka dimana suara rakjat dan kemauan bangsa dihormati dan diindahkan.

Tetapi hal-hal jang tersebut diatas itu, tidak tjukup untuk memberi effekt jang kita rasakan sekarang, jaitu sympati jang sepenuhnja jang ditundjukkan oleh negara-negara Arab kepada Indonesia. Ada faktor lain jang lebih kuat dari itu ialah faktor persamaan dalam nasib dan pengalaman.

Sebagai telah maklum dalam sedjarah imperialisme jang achir-achir ini, negara-negara Arab itu asalnja mendjadi bahagian dari imperium Chalifat Turki jang terdiri dari daerah-daerah di Eropah Timur, Afrika Utara dan Timur Dekat atau negara-negara Arab. Akan tetapi Chalifat Turki jang dulu dinamakan Orang Sakit telah mendjadi sasaran_serangan dari negara-negara lain, Rusia,Inggeris, Perantjis dan Italia, sehingga satu demi satu daerah-daerah jang mendjadi bahagiannja terlepas dari tangannja dan achirnja negara Turki sendiri pun hampir mendjadi negara djadjahan, djika waktu itu