Halaman:Mimbar Indonesia Vol 31-32.pdf/10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Ada masalah saat menguji baca halaman ini

ada lagi kekuasaan Den Haag jang menghitam-memutihkan, kalau Indonesia ini masih menjerupai negara polisi (politiestaat ) dan masih ada staat van oorlog atau staat van beleg (jang diperpandjang setahun lagi!), rakjat takluk dalam hukum negara dalam bahaja, maka keadaannja tidak sehat, dalam arti normaal dan biar berapa hebatnja, memprotes atau mengusul, namun keadaannja tidak akan berobah, itulah kesan dari keadaan sekarang. Kalau sudah berdiri badan perwakilan rakjat, dimana segala tindakan dan aliran pemerintah itu akan dapat controle dan kritiek, dalam waktu itu pembesar-pembesar tidak dapat lagi membuat perlakuan bertentangan dengan kemauan rakjat.


Mesdjid Salim II di Adrianopel (Turki), dibuat tahun 1570-1574.

Maka perlulah dengan selekas-lekasnja beridiri badan perwakilan rakjat, dimana wakil-wakil rakjat bisa bermusjawarat. Satu badan perwakilan rakjat jang sederhana sekalipun, jang setengah boneka isinja sekalipun, masih lebih baik dari pada tidak ada parlemen sama sekali.

DJIKALAU dinegeri Belanda partai Kristen, madzhab Katholik dan madzhab Protestan begitu besar pengaruhnja, terutama partai Katholik, sehingga dalam kabinet mesti ada angauta Katholieke Partij, malahan merekalah jang terbesar pengaruhnja, maka tidak mungkin dalam parlemen Indonesia dibelakang hari umpamanja partai Masjumi atau Gabungan Partai-Partai Islam akan mendapat korsi jang ketjil djumlahnja. Mungkin keadaan itu, bagi orang jang bukan Islam menimbulkan kekuatiran besar, sebab dalam kepalanja selalu terbajang, bahwa Islam itu berarti fanatisme, antjaman, kekatjauan dan sebagainja, tetapi semuanja tidak beralasan. Sudah barang tentu bahwa majoriteit tidak boleh menekan minoriteit, tetapi sebaliknja orang Islam djuga tidak akan biarkan lagi seperti selama ini kedjadian beratus-ratus tahun lamanja minoriteit golongan jang terketjil itu menekan kepada majoriteit, golongan jang terbesar.

Dunia Islam sekarang menghadapi soal-soal jang besar-besar dan sulit-sulit, soal bersama, oleh karena umat Islam jang berdjumlah kira² 400 djuta lebih itu, djuga mempunjai tanggung djawab dalam urusan keselamatan dan perdamaian dunia bersama-sama dengan penghuni muka bumi semuanja, maka bukan sadja jang mendjadi fikiran bagi orang Islam mengenai soal kemerdekaan dan kedaulatan negaranja, akan tetapi djuga mengenai soal kerdjasama dalam hal kebudajaan Islam, urusan Sjeichul Islam dan kemadjuan dalam arti seluas-luasnja, sebab itu perlu dirintis garis-garis besarnja, disesuaikan dengan keadaan dizaman kini dan dizaman depan.

Pada zaman inilah saat jang sebaik-baiknja bagi umat Islam mengadakan kesempatan untuk bertukar fikiran bagi para ulama dari seluruh negara Islam.

El Sjeich Abdullah el Maraghi, kepala bagian mesdjid² dikementerian Wakaf Mesir baru ini telah berseru supaja wakil-wakil negara-negara Islam mengadakan konggres Islam sedunia di Kairo. Kata beliau: „perhubungan antara semua negara² Islam telah baik, maka sewadjibnjalah alim-alim ulama mengadakan konggeres agama gunia memerbintjangkan pendapat-pendapat dan guna menjatukan buah fikiran, karena persatuan fikiran menguatkan persatuan antara seluruh negara-negara Islam.” Barangkali ada fihak jang mentjurigai kedjadian konggeres Islam sedunia itu, sebab mereka takut akan akibatnja akan tetapi fihak itu melupakan, bahwa maksud persatuan itu adalah selaras dengan kemauan demokrasi, semata-mata untuk memperbaiki kedudukan umat Islam dan untuk menjumbangkan tenaga dan kekajaan negara Islam supaja dunia terlepas dari antjaman perang, sesuai dengan mukaddimah Charter for Peacce of the United Nations.

Dari bukti-bukti sedjarah benua Eropah, ternjata, bahwa perang dunia jang pertama dan kedua terdjadi asalnja dipusat negara-negara Kristen. Se-kali² tidak ada kesanggupan umat Kristen dibenua Eropah itu untuk mentjegah timbulnja pembunuhan atas sesama Kristen jang mengambil korban djiwa ber-puluh² djuta manusia dan kehantjuran harta² kebudajaan jang tidak ternilai harganja.

Walaupun agama Kristen dalam dasar²-nja mengutamakan perdamaian dan agama jang bersendi „tjinta sesama manusia”, akan tetapi tidak urung sekali dalam seperempat abad ada sadja umat Kristen berbunuh²-an dan dari Eropahlah datangnja system kolonial dan imperialisme modern jang membawa kekatjauan dalam penghidupan bangsa-bangsa jang terdjadjah.

Perang dunia jang ketiga mungkin akan tiba lagi, bukan karena kesalahan atau keinginan dari agama Kristen tetapi oleh sebab umat Kristen belum sanggup mengatasi akibat-akibat dari perang dunia kesatu dan kedua jang ditimbulkannja antara dia sama dia.

Mudah-mudahan dengna tjita-tjita Darul Islam jang bersatu-padu dapat membantu menjelesaikan soal-soal perang dan damai didunia, moga-moga datanglah kemerdekaan bagi segala bangsa terdjadjah dan dapatlah terhindar manusia dari malapetaka perang dunia jang ketiga dizaman depan, atau membatasinja.


KAUM WANITA, berlanggananlah pada: „KARYA” madjalah bulanan, menudju ke kemerdekaan dan kemadjuan wanita

Penerbit: perkumpulan „Pekerdja Perempuan Indonesia”

Harga langganan f 3.- sekwartal; nomor etjeran f 1.25

Alamat:Djalan Surabaia 52, Djakarta

7