Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/63

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

setengah mati mencarikan napekah dirinya anak: bennak, sedikit pun tidak diacuhkannya.

Tadi kalau saya nyatakan kepada orang banyak pikiran saya, bahwa tiap-tiap bapa wajib membela anaknya, tak dapat tiada si laki-laki yang saya sebutkan itu akan mengancam saya sejadi-jdinya. Siapa tahu barangkali mau ia membunuh saya, sebab hal itu sangat merugikan kepadanya. Sungguhpun demikian, meskipun tidak saya nyatakan pikiran saya itu kepada orang banyak, saya yakin bahwa hal itu akan berubah sendirinya saja kelak. Tiap-tiap orang yang sempurna pikirannya, tak dapat tiada akan merasa wajib mengasuh dan memelihara anaknya."

Mendengar perkataan yang demikian, muka Datuk Garang berubah sekonyong-konyong. Hatinya panas mukanya merah padam, karena sindiran kemanakannya yang amat tajam itu. Bukankah dia sudah beristeri 16 orang banyaknya, dan isterinya yang tetap tak kurang 4 orang banyaknya. Bukankah Datuk Garang sudah beranak dengan isterinya yang sekian itu 11 orang jumlahnya, dan seorang pun tak ada yang dipedulikannya. Sungguh, tepat benar perkataan guru Kasim itu mengenai diri mamaknya. Oleh karena itu bukan main marahnya kepada kemanakannya, matanya bernyala-nyala, bibirnya bergerak-gerak menahan marah. Tiba-tiba ia pun berkata dengan keras, katanya, "Perkataanmu itu tak layak didengar telinga dan tidak senonoh. Tak kusangka engkau akan seberani itu berkata di hadapanku, mamakmu. Jadi pada pikiranmu orang banyak ini tak sempurna pikirannya, melainkan pikiranmu seoranglah yang sehat, sempuma dan baik. Bah, baru kemarin ini masih mengentak-entak juga ubun-ubunmu, sudah berani mencela kebiasaan yang telah menjadi adat bagi orang banyak. Benar juga kataku, bahwa kebanyakan orang muda sekarang sudah sesat sesesat-sesesatnya. Bukannya pikiran orang banyak yang tak sempurna, melainkan pikiranmulah yang sudah terbalik dan bertukar akal.

Memang, menurut pandangan saya engkau ini sudah muno dan telah kena perbuatan orang di rumah isterimu. Hal itu nyata kepadaku ketika isterimu masih hidup dan setelah meninggal dunia. Engkau selalu pergi ke kuburan isterimu; engkau perbaiki kuburan itu sehingga sudah sebagai taman raja-raja. Pagi petang engkau memuja di kubur itu dan menyembah-nyembah, tak ada ubahnya sebagai perbuatan orang pandir. Mungkinkah pada pikiranmu akan hidup ia kembali? Seorang itukah perempuan

65