Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/59

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pertalianmu dengan kaum keluarga isterimu itu putus sama sekali. Engkau sudah jadi, orang lain saja, tidak bersangkut paut lagi."

"Itu saya sudah mengerti, mamak ! Tapi jika saya di rumah isteri saya itu sudah beranak, bagaimanakah hal saya dengan anak itu ?"

"Anak itu tinggal anakmu jua selama-lamanya. Akan tetapi kendatipun engkau bercerai atau tidak di rumah isterimu, anakmu tetap jadi kemanakan mamaknya dan mamaknyalah yang berkuasa atas kemanakannya. Apakah hakmu di rumah kaum keluarga isterimu itu ?"

"Kalau begitu saya tidak berhak satu pun jua, dan tentu tak ada pula kewajiban saya untuk mengasUh anak itu, belanja dan makan pakainya."

"Menurut kebiasaannya engkau semenda ke rumah isterimu itu sebagai orang diselang, dan halmu di sana sebagai abu di atas tunggul, datang angin terbang melayang. Engkau boleh pergi dari rumah itu bilamana engkau tak suka lagi kepada isterimu."

"Jadi kalau begitu saya orang diselang untuk memperkembang kaum keluarganya saja," ujar guru Kasim agak keras. "Bukankah demikian maksud mamak ?"

"Ya, kira-kira begitulah !" jawab Datuk Garang. "Tetapi saya berpendapat ada beberapa sebab makanya demikian. Saya harap engkau jangan lekas saja memikirkan yang salah, melainkan selidikilah dahulu. Hendaklah engkau perhatikan bagaimana yang telah dilazimkan nenek moyang kita sejak dahulu kala, turun-temurun sampai sekarang ini."

"Ya, jika mengingat perkataan mamak itu, saya yakin - tetapi maaf saya pinta - sama juga halnya kita ini dengan yang berkaki empat. Tidakkah begitu pada pikiran mamak ?"

"Apa katamu ?" jawab Datuk Garang dengan keras. "Lidah memang tidak bertulang. Bukankah benar juga kataku, bahwa kebanyakan anak muda sekarang amat pongah, mudah saja menyalahkan barang sesuatu dengan tak ada periksanya lebih dahulu."

"Bukannya saya menyalahkan, mamak !" ujar guru Kasim pula dengan sabar, sebab dilihatnya muka mamaknya mulai merah rupanya. "Saya berpendapat demikian, karena menurut keterangan mamak jua. Tak dapat tiada orang lain yang mendengar keterangan mamak itu, akan sama juga pikirannya dengan saya."

Datuk Garang termenung sebentar memikirkan perkataan kemanakannya itu. Tiba-tiba matanya bercahaya-cahaya, sebagai ia

61