supaya Syahrul saya bawa juga ke Pontianak."
Jadi Syahrul akan Sutan petaruhkan kepada orang lain yang bukan kaum keluarga kita?" ujar Datuk Besar dengan kurang senang hati rupanya. "Dapatkah Sutan percayakan menjaga Syahrul kepadanya? Sungguh...... ya, kendatipun nenek itu sudah Sutan kenali benar-benar tulus ikhlas hatinya, tetapi saya belumlah percaya akan dia. Maka demikian, karena dia boleh dikatakan orang asing kepada kita, berlain bangsa, berlain bahasa dan tidak sepulau dengan kita. Dalam seminggu saja, saya rasa sudah bosan dia menjaga anak Sutan yang luar biasa nakalnya itu. Dan lagi tentu saja ia menjaga Syahrul tidak sebagai seorang nenek menjaga cucu kandungnya, melainkan dengan setengah hati, yaitu karena jerih menentang laba."
"Meskipun nenek itu berlain bangsa, tidak sepulau dengan kita, tetapi saya yang sudah tiga bulan lamanya bergaul hidup serumah dengan dia berkeyakinan, bahwa orang itu boleh dipercayai dalam hal apa jua pun. Pendeknya pesan tak usah dituruti, petaruh tak usah ditunggui kepadanya. Melihat tertib sopan santunnya, agaknya lebih baik dia menjaga anak dari pamili kita sendiri."
"Ha, ha! Rupanya Sutan salah sangka benar dalam hal itu," ujar Datuk Besar agak mencemooh. "Masakan orang lain yang tidak bersangkut paut dengan kita, akan lebih kasih dan sayang kepada Syahrul dari keluarganya yang sedarah dan seturunan dengan dia. Mustahil, dan tidak termakan pada akal sedikit jua. "
"Boleh jadi juga kata mamak itu !" jawab guru Kasim dengan gelisah. "Akan tetapi biarlah saya coba juga dahulu. Jika sudah sebulan dua Syahrul di sana, dan bersua seperti kata mamak itu, dapat pulalah saya memikirkan apa yang harus saya perbuat. Kendatipun saya terpaksa mesti kawin untuk keperluan anakku, ya apa boleh buat."
Mendengar perkataan guru Kasim itu, Datuk Besar berdiam diri. Rupanya ia agak tersesak oleh guru Kasim. Setelah beberapa lamanya, maka ia pun berkata, "Apa yang terasa di hati, terkalang di mata saya, sudah saya katakan semuanya kepada Sutan. Meskipun kita berlain pendapat, seiring bertukar jalan, sesuai bertukar sebut, akan tetapi lapang rasanya dada saya mendengar jawab Sutan. Bagi saya tak ada alangan Sutan membawa Syahrul ke Pontianak. Sutan tentu lebih maklum bagaimana yang akan baiknya menjaga anak Sutan di negeri orang. Hanya maka saya sebut tadi, supaya kami yang ting-
54