Lompat ke isi

Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mamak! Akan tetapi karena saya perlu tinggal di Betawi barang 3 atau 4 hari akan menguruskan hal sekolah dengan Departement, maka terpaksa saya berangkat hari Ahad di muka ini. Jika saya undurkan dari pada hari itu, tak dapat tiada saya terlambat sampai di Pontianak kelak.

"Tidak dapatkah Sutan meminta perlop barang sepekan lagi? Maka demikian, ketika Jamilah meninggal tempoh hari, mamak Sutan datang dari Paya Kumbuh. Katanya, ia ingin hendak bertemu dengan Sutan, karena ada yang hendak diperundingkannya. Barangkali dua hari akan hari raya, ia sudah ada di sini dengan anak isterinya. Tak mungkinkah Sutan menanti kedatangannya itu, karena dipesankannya benar kepada saya?"

Mendengar perkataan Datuk Besar itu, maklumlah guru Kasim apa yang hendak dipercakapkan Sutan Caniago, mamak isterinya itu dengan dia. Maka pikirnya; Tentu saja yang akan diperundingkan beliau dengan saya perkara perkawinan jua. Bukankah anak saudara isterinya yang sejak kecil dipeliharanya itu sekarang sudah berumur kira-kira 16 tahun? Tidak, saya belumlah hendak beristeri, tak sampai hatiku akan mengganti Jamilah pada waktu ini. Sedapat-dapatnya hal itu kuhindarkan dan saya mesti berangkat dengan selekas-lekasnya." Maka katanya, "Tak mungkin saya meminta perlop, mamak! Pertama, tak ada guru yang akan menerima murid baru kelak, karena sekalian guru-guru teman saya, pulang ke negerinya masing-masing. Kedua, saya sudah berjanji dengan Departement, bahwa sebelum hari raya saya mesti ada di Betawi, Jika janji itu tidak saya tepati, boleh jadi nama saya bercela dalam pekerjaan. Oleh sebab itu tolonglah kiranya mamak sampaikan saja pesan saya kepada beliau, kalau ada yang perlu hendak beliau percakapkan dengan saya, kirim sajalah surat ke Pontianak."

"Kalau begitu susah benar rupanya!" ujar Datuk Besar pula. "Baiklah, insya Allah pesan Sutan itu nanti saya sampaikan kepada mamak Sutan. Jadi Sutan sendiri sajakah berangkat ke Pontianak?"

"ltulah yang akan saya bicarakan dengan mamak," ujar guru Kasim pula sambil memperbaiki duduknya. "Sebenarnya saya pulang ini, ialah berhubung dengan Syahrul jua. Sudah tiga bulan ia terpisah dari pada saya, tak dapat saya katakan bagaimana perasaan saya kepadanya. Lebih-lebih sejak ibunya meninggal, semakin tak luput Syahrul dari ruangan mata saya. Sebab itu,

52