Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

berkata, "Ke mana guru semalam? Sampai pukul 10 saya nantikan, belum juga pulang."

"Dibawa engku Harun menonton bangsawan, mak !" ujar guru Kasim.

"Ya, saya dengar komidi bangsawan itu datang dari Medan. Baguskah permainannya, guru ?"

"Sama saja, mak ! Hanya pada bangsawan yang sekarang ini, lawaknya amat pandai menggelikan hati penonton. Inginkah mak menonton komidi bangsawan ?"

"Tidak guru ! Mak sudah tua, dunia ini tak ada lagi kepada mak. Ketika mak muda, sudah puas menonton." Induk semangnya berhenti berkata. Setelah memandang muka guru Kasim pula beberapa lamanya, ia pun berkata pula, katanya, "Apakah sebabnya muka guru muram dan pucat saja, sebagai bersedih hati mak lihat ?"

"Tidak, mak, agaknya karena kurang tidur !" ujar guru Kasim sambil menarik napas. Kenang-kenangannya timbul pula. Supaya pertanyaan itu jangan terus-menerus dan perasaan hatinya jangan sampai diketahui induk semangnya, maka ia pun melihat arloji, lalu berkata pula, "Hari sudah pukul 7 mak, saya pergi ke sekolah dahulu."

Guru Kasim berdiri, lalu pergi ke kamarnya mengambil buku-buku yang perlu dibawa. Ia berjalan menekur saja, pikirannya sudah terbang pula mengenangkan anak isterinya. Maka katanya pula dalam hatinya; "Sejak kemarin perasaanku tak senang sedikit jua. Lebih-lebih sekarang sangat susah rasa hatiku. Aku bermimpi: gerahamku yang sebelah kanan rasanya tanggal. Menurut kata orang tua-tua, takbir mimpi yang demikian itu, alamat ada kerusakan di antara kaum pamili. Siapakah yang akan meninggal ? 0, ya, boleh jadi nenekku, karena beliau sudah tua benar. Jika benar, sungguh kasihan aku akan orang tua itu. Meskipun beliau nenek yang telah jauh juga kepadaku, tetapi beliau sayang dan kasih nian kepadaku. Akan tetapi jika beliau, mengapakah hatiku demikian itu ? Sudah tiga hari dengan sekarang pikiranku kusut saja dan perasaan badan tak enak sedikit jua."

"Ah, jika kupikirkan jua, tak dapat tiada aku sengsai kesudahannya," kata guru Kasim pula akan menghilangkan duka nestapanya. "Mimpi permainan tidur, apa gunanya kuperpanjang jua pikiranku!? Diriku sendiri belum tentu lagi, badan jauh di rantau orang, kaum keluarga seorang pun tidak. Bukankah dua

43