Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

itu, yaitu perbuatan tanganku sendiri, entahkan tak kulihat lagi. Hanya itulah buah tanganku di sekolah ini untuk rnenjadi kenang-kenangan."

"Tak kulihat lagi, bagaimana?" jawab Sutan Diatas. "Selama-lamanya engku di Pontianak itu dua atau tiga tahun, lalu dipindahkan pula ke Minangkabau ini."

"Mudah-mudahan demikianlah hendaknya, engku! Selamat pergi dan selamat pula pulang kembali."

"Riiiiiiing!" beker di kelas satu berbunyi. Murid berlarian masuk ke dalam kelasnya masing-masing, duduk di bangku terengah-engah karena payah bermain. Sekalian murid i tu sibuk membersihkan batu tulis, mengambil anak batu dan sebagainya. Setelah guru datang ke kelasnya masing-masing, barulah sekaliannya itu diam. Di kelas lima murid-murid telah duduk beraturan, tenang dan diam, seorang pun tak ada yang berkata-kata. Guru Kasim berdiri di muka kelas, memandang sekalian muridnya dengan sayu. Setelah menarik napas panjang, ia pun berkata dengan lemah lembut, katanya, "Murid-muridku sekalian! Rupanya hari inilah penghabisan kita berbaur, karena saya dipindahkan menjadi guru kepala di sekolah Gubernemen Pontianak." Guru Kasim berhenti berkata, demi dilihatnya murid-muridnya beriba hati mendengar kepindahannya itu. la memang seorang guru yang pandai mengajar, pengasih penyayang dan ramah tamah kepada muridnya. Sekalian muridnya pun amat cinta dan kasih pula kepada gurunya itu.

"Kamu sekalian jangan beriba hati mendengar kepindahan saya itu! Saya dipindahkan ke negeri itu bukan dengan kemauan saya sendiri, melainkan kehendak orang di atas. Saya tentu mesti menurut perintah, apalagi saya ke sana itu naik pangkat pula. Hanya saya harap kepadamu semuanya, hendaklah kamu rajin-rajin belajar dengan guru yang akan menggantikan saya. Siapa guru yang akan mengganti di kelas ini, belumlah saya ketahui.

Nah! di mana negeri Pontianak dan berapa jauhnya dari sini kamu sekalian sudah maklum. Bukanlah sudah kamu pelajari dalam ilmu bumi? Sebab itu, karena nyawa dalam tangan Allah - siapa tahu perceraian ini boleh jadi untuk selamalamanya, - harus bagi kita bermaaf-maafan. Kamu beri maaflah akan saya, dan kamu sekalian dengan suci hati saya beri maaf pula."

30