Lompat ke isi

Halaman:Memutuskan pertalian.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sutan bawa."

Ketika itu maklumlah guru Kasim, bahwa mentuanya takkan mengizinkan anaknya ke Pontianak. Jika ia berkeras hendak membawa, tentu mendatangkan yang tak baik kesudahannya. Amat susah hatinya memikirkan hal itu. Bercerai dengan anak yang hanya seorang itu, amat berat hatinya. Akan dibawa. . . . ya, serba susah. Dengan muka muram, ia berpaling kepada iste rinya, lalu berkata, "Engkau, bagaimana pula pikiranmu, Jamilah? Ikutkah engkau bersama dengan daku ke Pontianak, atau tinggal di rumah ?"

Jamilah yang sudah dari tadi tidak bersenang hati mendengar percakapan itu, terkejut mendengar kata suaminya. Ia bimbang, tak tentu apa akan jawabnya. Diturut ibu, kasihkan suami, turut suami, bagaimana ibu. Sebab itu ia berdiam diri saja sebagai orang kehilangan akal. Dalam pada itu guru Kasim berkata pula, "Bagaimana? Ikut saya atau tinggal?"

Karena disesakkan suami, semakin hilang akal Jamilah. Kerongkongannya rasa tersekang, dadanya sesak. Apa yang akan dikatakan, siapa yang akan dipilih di antara ibu dan suami. Jamilah menangis, air matanya berleleran di pipinya. Dengan sedih dan menangis tersedu-sedu, ia pun berkata. "Bagaimana kata ibu dan tuan sajalah, saya menurut."

Demi Datuk Besar melihat hal itu. ia maklum apa yang tercantum di hati kemanakannya. Ia tahu, bahwa sulit bagi Jamilah akan menjawab pertanyaan suaminya. Jika dibiarkan terus-menerus percakapan itu, tentu mendatangkan perselisihan kesudahannya. Sebelum terjadi yang tak baik, dicampurinya percakapan itu. Maka katanya, "Kalau begini, bagaimana, Sutan. Jika benar bawa lalu, jika tidak anjur surut. Rupanya mentua Sutan keras hendak menahan anak dan cucunya di rumah. Jika Sutan keras pula, tentu boleh mendatangkan yang tak baik. Menurut pikiran saya, lebih baik Sutan berangkat seorang diri saja dahulu. Dalam pada itu saya berikhtiar melakukan kebenaran kepada mentua Sutan. Sutan sudah tahu juga bagaimana hati mentua Sutan, keras hati tak berketentuan. Nanti, jika sudah sepakat, biarlah saya sendiri mengantarkan isteri Sutan ke Pontianak. Saya sudah

biasa berlayar, Sutan tak usah khawatir. Jika Sutan hendak bersama juga dengan isteri Sutan, pun baik juga. Bulan puasa hanya tiga bulan lagi, Sutan tentu tempoh sebulan-bulan itu.

27