— 44 —
Karena doegaan bahwa imperialisme Belanda dengan tiba2 mendjadi tjerdas, tjerdik dan sanggoep mengadakan islah-islah jang meroegikan kapitalis besar, dapat dipandang sebagai chajal dalam „Tjerita Seriboe Satoe Malam”, maka proces revoloesi jang berlangsoeng sekarang tidak akan tertahan tahan, sebaliknja perdjalanannja makin lama semakin pesat dan setiap-tiap waktoe kepetjahan revoeloesi boleh diharapkan.
Apalagi setengah dari padanja soedah terboekti. Beberapa pemberontakan jang dengan sendirinja petjah di Djawa dan Soematera selama 300 tahoen dalam keberkahan imperialisme Belanda adalah perbentoeran kelas dan kebangsaan jang pada permoelaanja beroepa pemberontakan agama. Djoega kekatjauan politik semendjak 15 tahoen ini beroepa berbagai hasoetan dan aksi dan jang lebih djelas beroepa beberapa niatan dan perboeatan anarchistis di Djawa dan pemboenoehan atas pegawai-pegawai Pamong-Pradja di Soematra Barat jang meloentoerkan kepertjajaan terhadap kebebalan imperialisme Belanda, semoeanja masoek golongan akibat perbentoeran kelas dan kebangsaan.
Tetapi perbentoeran besar antara kelas dan kebangsaan jang sebenarnja hebat, petjah sendiri dan modern, beroepa „revoloesi” beloem terdjadi di Indonesia!!.
Ia mesti berdjangkit nanti seloeroeh kepoelauan ini, dan meletoes-letoes sendirinja.
b. Sifat revoloesi Indonesia jang bakal timboel.
Bagaimanakah roepa revoloesi itoe?
Apakah sifat-sifatnja jang ditoendjoekkan bila ia meletoes besok atau loesa?
Inilah jang haroes kita, sebagai revoloesioner, tanjakan kepada diri sendiri dan mendjawabnja sekali, djika kita maoe mendjaoehi politik „terombang-ambing” seperti Douwes Dekker dan Tjokroaminoto. Menoeroet djawab pertanjaan itoe, kita tempa alat-alat revoloesi, jaitoe programma organisasi dan taktik kita.
Pengoepasan jang tjotjok betoel atas masjarakat Indonesia sjarat teroetama oentoek mendapat perkakas revoloesi, dan itoe poelalah jang mendjadi sjarat pertama jang mendatangkan kemenangan revoloesi kita.
Djika pengoepasan itoe tidak sempoerna atau kita keliroe dengan ramalan dan kesimpoelan kita, kemenangan itoe tidak akan pasti atau oentoek sebentar sadja. Kita ta' mempoenjai horosecop jang dapat melihat peristiwa jang bakal terdjadi sebagai orang ahli noedjoem meramalkan kehidoepan seseorang dikemoedian hari. Tetapi dengan Marx dan Lenin sebagai penoendjoek djalan dapatlah kita tentoekan sedikit garis2 besar dari revoloesi di Indonesia (melihat tingkat ketjerdasan kapitalisme pada waktoe ini).
Tentoelah akan berbeda dengan „Pemberontakan Marokko". Benar sekali, sebab Indonesia dengan tenaga prodoeksinja jang lebih tinggi (indoestri, pertanian, pengangkoetan dan keoeangan jang besar koeat) dari pada negeri tani ketjil dan gembala domba sebagai Marokko. Djoega Indonesia, teroetama Djawa, tidak berpegoenoengan jang ta' dapat didiami dan goeroen pasir loeas-loeas jang tempat kaoem revoloesioner menjem-