— 38 —
Tentoe sadja „Meneertje” tidak maoe! Tambahan lagi, jang ta' koerang pentingnja, ini berarti kekoeasaaan ekonomi dan politik Amerika akan bertambah besar dibagian jang strategis penting sekali di Pasifik. Ini tentoelah dengan sekoeat-koeatnja akan ditentang oleh Inggeris dan Djepang jang dengki, dan moengkin akan menimboelkan perang doenia jang lama dan dahsjat.
Sebab itoe bagi Belanda tjilik jang akan enggan moesnah, lebih baik ia berboeat sesoekanja sambil menoenggae keroentoehannja. Dan lagi pendjadjah lain ( Inggeris Amerika dan Djepang) lebih baik dibiarkannja Belanda bergoemoel dengan djadjahannja jang moelai mendoerhaka.
VII. KEADAAN POLITIK
i. Tolehan kebelakang.
„Politik” di Indonesia beloem pernah djadi „a commen good”, kepoenjaan oemoem Rakjat, Faham Kenegaraan ta' pernah melewati segerombolan ketjil pendjadjah Hindoe atau setengah Hindoe.
Sebagai dalam kebanjakan negeri feodalistis di Indonesia pemerintahan negeri dipegang oleh seorang radja dan komplotnja. Seseorang radja sesoedah berhasil mendjalankan rol „djagoan", teroes mengangkat dirinja Anaknja jang bodohnja lebih dari seékor kerbau atau seorang toekang pelesir, dibelakang hari menggantikan ajahnja sebagai jang dipertoean dalam negeri. Peratoeran toeroen -temoeroen ini „lenjap" apabila seorang „djagoan” baroe datang mendjatoehkan jang lama, dan mengangkat dirinja poela djadi radja.
Konstitoesi tidak ada jang menentoekan penabalan atau pemaʼzoelan seorang radja dengan menteri-menterinja, serta menetapkan dengan saksama kekoeasaan dan lapangan pengaroehnja semoeanja bersandarkan kekerasan dan kemaoean radja, kepertjajaan dan perhambaan masa. Pemerintahan dari rakjat, oentoek rakjat, oleh rakjat sebagai jang dikatakan Lincoln ta' pernah dikenal di Indonesia.
Kadang2 ada seorang radjalela jang „agak 'adil” dipanggoeng politik, tetapi ini soeatoe keketjoealian, kebetoelan dan loear biasa. Tidak ada jang dapat dilakoekan Rakjat djika tiada jang begitoe selain dari pada berontak. Indonesia hanja mengenal pemerintahan beberapa orang dan tak pernah mengenal hoekoem-hoekoem jang tertoelis.
Keadaan di Minangkabau ada berlainan sedikit. Pemerintahan oleh Adat diserahkan kepada wakil-wakil rakjat para penghoeloe, jakni datoek-datoek. Mereka mesti memerintah menoeroet oendang2 jang tentoe Kekoeasaan tertinggi bernama „moefakat”, jang diperoleh dari peroendingan dalam satoe rapat.1)
Tiap-tiap rapat mesti terboeka seloeas-loeasnja (bergelanggang mata orang banjak) dan menoeroet kebiasaan jang tetap. Laki-laki dan perempoean dalam rapat mempoenjai hak bitjara sepenoeh-penoehnja jang tjara bagaimana djoega tak boleh dikoerangi. Baik terhadap perkara daerah atau nasional, „oendang2lah” jang berkoeasa setinggi-tingginja.
Tetapi keadaan seperti itoe terdapat di Minangkabau sadja, jaitoe daerah ketjil terpentjil dikepoelauan Indonesia; dan sebab itoelah maka orang disana tidak berapa terpengaroeh oleh Hindoe dan 'Arab, pendeknja dalam hal politik.