9
(3) Pengaroeh Hindoe.
Agaknja hawa tropika dilingkoengan chattoelistiwa, jang teroetama menjebabkan technik kita tak madjoe. Hawa jang soeboer dan melemahkan itoe serta kesedikitan pendoedoek mendjadikan kaoem tani jang senang hidoepnja itoe, tinggal diam dan menerima, sedang kepoelauanjang sangat banjak toe menarik hati pendoedoek dipantai-pantai, kepada perantauan dan pergalaman. Menoeroet riwajat dapat diketahoei, sesoedah dibawa pengaroeh Hindoe, keboedajaan mereka bertambah naik dan mereka moelai berkenalan dengan perampas. Kedjadian itoe sesoedah bangsa kita bertjampoer darah dengan pendjadjah-pendjadjah bangsa Hindoe, Kini terbajanglah dalam otak kita kedjadian-kedjadian jang dapat digambarkan oleh kekedjaman2 itoe, jang membangkitkan tenaga terpendam itoe djadi dinamis. Boekan oleh pertjatoeran hidoep kita sendiri (melawan atau antara kelas-kelas) maka pengoeraian kita perihal technik keboedajaan feodolistis seperti terseboet diatas, tetapi disebabkan pengaroeh jang datang dari loear.
Biarlah kita diamkan disini peri hal peratoeran matriarchaat (poesaka toeroen kepada kemenakan ) di Minangkabau jang berhoeboengan dengan keadaan alam dan kedoedoekannja jang terpentjil dengan sendirinja mendirikan demokrasi satoe-şatoenja di Indonesia, kita tinggalkan poela riwaiat Sriwidjaja dan keradjaan lain -lain dipoelau Djawa, dengan me-oendjoekkan garis2 jang besar sadja. Agama bangsa Indonesia Animisme didesak oleh agama Hindoe dan Boedha, demikianlah kata orang kepada kita. Bangsa jang lebih pintar itoe mengadjarkan pemerintahan negeri, technik keboedajaan jang lebih sempoerna. Pendoedoek poelau Djawa jang soeka damai itoe beloem mempoenjai pertentangan kelas dalam arti jang seloeas-loeasnja, tidak memberi kesempatan kepada pengikoet-pengikoet agama Hindoe oentoek mempertaroehkan pertentangan kepertjajaan mereka, jakni Hindoeisme jang aristokratis dan Boedhisme jang lebh de mokratis. Ketadjaman pertentangan agama oleh masjarakat Djawa jang tidak mengenal kelas itoe dapat ditariknja. Banjak sedikitnja semoea filsafat Hindoe diterima oleh pendoedoek poelau Djawa jang asli. Siwa, Wisnoe dan Dewa-dewa agama Boedha jang dalam negeri asalnja satoe dan lainnja bermoesoehan serta berpisah-pisah, hidoep bersama dipoelau Djawa dengan damainja .
Dalam hal jang seperti itoe Islampoen datang dan achirnja mengam-bil kedoedoekan Hindoe dan Boedha .
Pendoedoek Djawa sekarang adalah „kristalissi" dari bermatjam matjam agama ketoehanan dan Agama Dewa-dewa (Aninisme). Ia boekan seorang Animis, boekan seorang Hindoe, boekan seorang Boedha, boekan seorang Kristen dan boekan seorang Islam jang sedjati. Tetapi Indonesia menoeroet alam, dan Hindoe-Arab dalam pikirannja .
(4) Kegoendahan (pessimisme) Empoe Sedah.
Dikeradjaan Dhaha jang kokoh lagi termasjhoer ,jang diperintahi oleh Radja Djojobojo, seorang jang tjerdik dan pandai, lagi bidjaksana ada seorang ahli noedjoem jang bernama Empoe Sedah, jang selaloe goelana karena sangat tjoeriga terhadap pengaroeh loear negeri jang makin lama semakin besar. Dalam toelisannja terseboet: „Satoe revoloesi dipoe-