Halaman:Mahabhiniskramana.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 22 —

Sabentar lagi kaliatan Yashodhara terkedjoet,seperti kena terganggoe oleh saroepa impian jang tida enak, dan kadengeran ia meratap: „Oh !... adoeh !" laloe toetoep moekanja sama satelah tangan.

Siddhartha (sodorin tangan, laloe pegang tangannja poetri): — Ada terdjadi apatah, oh djiwa dari kahidoepankoe ?

Yashodhara {tjioem tangannja Prins): — Oh, toeankoe, aneh sekalih, adinda tida mengarti apa sebabnja, satiap kalih moelai poeles, ada terdenger soeara bisikan. . . . . .

Siddhartha (terkedjoet): — Bisikan ? . . . . apatah katanja itoe bisikan ?

Yashodhara: — Dengen djelas dinda mendenger, seperti orang berkata-kata dengen soeara aloes dan lemah-lemboet, „Temponja soedah sampe ! waktoenja soedah dateng !" Oh, kakanda, adinda merasa takoet, merasa ngeri dan berkoeatir, kaloe-kaloe ini soeara ada mendjadi tanda, jang kita bakal lekas berpisah dari ini doenia dan adinda bakai lekas mati !

Siddhartha: — Oh, tida, djiwakoe ! masalah bisa djadi begitoe !

Yashodhara (menangis sesenggoekan): — Atawa brangkalih adinda aken alamken nasif jang lebih heibat lagi dari-pada kamatian, jaitoe kakandakoe jang aken berlaloe dari ini doenia dengen tinggalken adinda disini saorang diri.....

Siddhartha (berbangkit, tjondongken badan, laloe tjioem djidat istrin ja): — Apakah bidadarikoe pertjaja pada katjinta'an dari kakanda jang selamanja tida aken berobah ?

Yashodhara (mengawasi dengen penoeh katjinta'an) : — Itoelah tida sedikit poen dinda bersangsi, toeankoe.

Siddhartha : — Kapan begitoe, biarlah Bimba Dewi-koe keringin aer matanja dan hiboerken hatinja dengen kapertjaja'an penoeh, bahoea