Halaman:Limpapeh.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

V. PAGARUYUANG

Pada tahun 1547 Adityawarman diutus oleh Majapahit ke Sumatera dengan tujuan hendak menguasai pulau di bawah naungan Majapahit. Adityawarman sampai di Hulu Batanghari dan duduk di Darmasraya (Siguntua), diangkat sebagai raja.

Dalam tahun 1349 Adityawarman memindahkan pusat kera- jaan Darmasraya jauh ke daerah pedalaman di Minangkabau, mungkin karena didorong oleh keinginan mendirikan kerajaan di Sumatera Tengah, lepas sama sekali dari ikatan dengan kerajaan Majapahit.

Daerah pedalaman Minangkabau yang mula-mula dituju A- dityawarman iatah Pariangan. Di sana Adityawarman dialu-alukan, kemudian dipinang untuk menjadi suami Reno Sari Alam dengan nama Puteri Jamilan. Adityawarman dijadikan "sumando niniak mamak”, karena dia berasal dari keturunan Minangkabau : dia putera Dara Jingga. Menurut petitih Minang : "Siriah pulang ka gagangnyo — pinang pulang katampuaknyo".

Adityawarman mengangkat dirinya menjadi raja di Minangkabau. Pemerintahannya berpusat di kaki Bukit Batu Patah. Tempat inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan nama "Pagaruyuang". Nama “Pagaruyuang” ini ada hubungannya dengan "Pagaruyuang” di Kumani, Sumpu Kuduih.

Nagari Pagaruyuang terletak pada dataran yang daerahnya berbukit-bukit. Salah satu bukitnya yang terjal dinamakan "Bukit Batu Patah" dengan puncaknya “Gunuang Bungsu”. Pada kakinya di sebelah Barat terletak perkampungan : Gudam, Balai Bungo dan Balai Janggo. Sejumlah Tambo begitupun cerita yang turun dari mulut ke mulut memberikan keterangan yang

banyak ragamnya. Kata "pagaruyuang” pada mulanya adalah nama tempat raja dan Keluarganya bersiram (mandi) di sungai. Karena takut akan ancaman buaya di Sungai itu tempat mandi raja tersebut dipagar dengan ruyung. Dari kata yang mulanya tempat raja dan keluarganya mandi, kemudian menjadi tempat kediaman raja dan akhirnya dipakai untuk nama kerajaan.

3. Limpapeh 1

23