Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/96

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

beristeri, dan banjak jang sudah bertunangan dan ada pula jang sedang asjik bertjeng-krama didalam taman mundam berahi, tetapi saja tak dapatlah begitu. Saja mesti memikirkan orang tua saja, jang berusaha pajah mentjarikan belandja saja, jang membanting tulang berhudjan berpanas mengu-sahakan sawah ladangnja dan dengan buah djerih-pajahnja itu akan saja sia-siakan pula. O, tidak Nurdin! Lagi pula orang jang sedang menduduki bangku sekolah seperti saja ini bolehlah dikatakan sebagai orang jang sedang berenang tengah lautan entah akan tertjapai tanah tepi, entah tidak. Berapa banjak dan besarnja ombak dan gelombang jang menimpanja, rasa tak dapat diperikan. Apakah akan djadinja kelak, djika murid jang telah bertunangan itu, lebih-lebih jang sudah beristeri, berdjalan tidak sampai kebatas, berlajar tidak sampai kepulau (Pamuntjak, 1961:9).

Dua kutipan tersebut memperlihatkan keinginan para tokoh, terutama kaum muda untuk mengembangkan diri mereka dengan bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan begitu, mereka dapat berbakti pada bangsa, negeri, dan orang tua serta orang-orang yang menurut mereka telah berjasa dalam kehidupan mereka. Perjuangan yang mereka Jakukan untuk mengembangkan diri tersebut tidak mudah adanya karena begitu banyak rintangan yang mereka hadapi, tetapi mereka harus terus berusaha dan berjuang demi kemajuan diri dan bangsa.

Dalam novel Darah Muda, semangat tokoh untuk mengembangkan dan memajukan diri agar tidak tertinggal dari orang lain terlihat dari percakapan Noerdin dan Rukmini, seperti tergambar dalam kutipan berikut ini.

84