Lompat ke isi

Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Marah Adil, dalam Karena Mentua, didorong oleh semangat untuk memperbaiki kehidupan meninggalkan istrinya untuk mencari penghidupan lain di perantauan. Ia berani mengambil keputusan untuk merantau, padahal ia tidak bermodalkan harta dan uang yang berlimpah. Hanya keinginan yang kuat dan keyakinan akan penghidupan yang lebih baik di daerah baru yang menjadi penyemangat dalam menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan. Ia yakin bahwa setiap manusia memiliki suratan takdirnya sendiri- sendiri. Kalah dan menang, rugi dan laba dalam perniagaan, semuanya kembali berpulang pada yang kuasa. Manusia hanya dapat berusaha dan berikhtiar, keputusan akhir ada di tangan Tuhan.


Dalam Sengsara Membawa Nikmat, kepergian Midun meninggalkan negeri yang tidak lagi ramah pada dirinya, karena adanya Kacak yang berkuasa dan tidak menyukainya dan telah menjebloskannya ke dalam penjara, merupakan gambaran semangat Midun untuk memperbaiki kehidupannya. Dengan meninggalkan negeri yang dicintainya, ia berharap akan menjumpai kehidupan yang lebih baik. Ia yakin bahwa di balik semua kemalangan yang menimpa dirinya menunggu sebuah kebahagiaan dan kenikmatan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan. Yang dibutuhkannya adalah kesabaran menghadapi setiap cobaan yang datang silih berganti menghampiri kehidupannya.


Rangkaian peristiwa yang digambarkan dalam novel-novel tersebut memperlihatkan adanya konflik antara kecenderungan harmoni dan disharmoni yang melatari kehidupan alur novel berlatar Minangkabau itu. Peristiwa yang terjadi pada diri Leman, Zainuddin, Marah Adil, Sitti Nurbaya. Masri, dan Midun memperlihatkan adanya konflik yang sesuai dengan kehidupan orang Minang yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam alam pikiran yang penuh dengan kontlik. Konflik yang terjadi berupa: hal yang saling

berhubungan dan tidak mengikat, saling berbenturan dan tidak saling melenyapkan, harmoni, dan dinamika.

25