sahih serta tidak ada persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan. Oleh karena itu, pikiran manusia tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta dan gagasan individu mempunyai arti, jika ditempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keselurahan hanya dapat dipahami dengin pengetahuan mengenai fakta yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu. Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan. Proses pencapaian pengetahuan dengan metode ini menjadi seperti gerak yang melingkar secara terus- menerus, tanpa diketahui tempat atau titik yang menjadi pangkal atau ujungnya.
Seperti yang telah dikemukakan, teks sastra meru- pakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar, yaitu masyarakat tempat karya sastra itu ada dan menjadi bagian, serta merefleksikan kehidupan masyarakat tersebut. Hal itulah yang menjadikannya memiliki struktur yang berarti. Dalam konteks ini, pemahaman mengenai teks sastra harus dilanjutkan dengan usaha untuk menjelaskannya, dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar itu. Inilah yang disebut Goldman (dalam Faruk, 1994:21) sebagai konsep "pemahaman-penjelasan". Menurut Goldman, pemahaman adalah usaha pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, yaitu karya sastra, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar, yaitu masyarakat. Dengan kata lain, pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna bagian itu dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar.
Metode dialektika ini merupakan salah satu kategori yang dibangun Goldman untuk menopang teorinya, yang disebutnya sebagai strukturalisme genetik. Menurut Goldman (dalam Faruk, 1994:12), dalam strukturalisme genetik tersebut ada kepercayaan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang bersifat dinamis, produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang
13