Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/24

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sastra bukanlah suatu kenyataan objektif saja, tetapi apa yang disebut dalam bahasa Jerman sebagai Lebenswelt, kenyataan seperti yang sebenarnya tersusun dan dialami oleh sebuah subjek. Kritikan fenomenologi terfokus pada cara penulis mengalami waktu dan ruang, cara hubungan di antara diri dan orang lain, atau persepsinya terhadap objek kebendaan.


Merujuk kembali pada fenomenologi Faruk (1987) — yang memadukan dua paradigma, yaitu paradigma subjektif dan paradigma objektif-ia menganggap bahwa karya sastra berada di luar pikiran manusia, yang merupakan hasil interaksi antara manusia dalam kehidupan yang nyata. Karya sastra, meskipun otonom, tetap merupakan fakta mental, bukan fisik. Makna dan struktur teks sastra bergantung pada pola pikiran manusia yang membaca, mendengar, atau juga yang mengungkapkannya. Faruk menambahkan bahwa dengan kerangka teori fenomenologi itu, pemahaman karya sastra haruslah melalui alam pikiran manusia yang mencipta, memproduksi, dan mengonsumsinya. Ia beranggapan bahwa metode seperti itu sesungguhnya merupakan suatu interpretasi yang tidak memiliki kepastian.


Oleh karena itu, untuk melengkapi pendekatan tersebut, dalam memahami dan meneliti konflik sebagai konsep estetika digunakan metode dialektika, sebagaimana yang dirumuskan oleh Goldman (Faruk, 1994:19-21). Dalam metode ini, pemahaman dan penelitian sastra haruslah menetapkan pilihan terhadap berbagai alam pikiran yang mungkin ada. Dasar pemilihan itu adalah kenyataan tekstual sastra. Metode ini mempertimbangkan koherensi strukturalteks sastra. Prinsip dasar metode dialektika ini yang membuatnya mempertimbangkan masalah koherensi sebagai pengetahuan tentang fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Inilah yang disebut Goldman sebagai konsep "keseluruhan-bagian" dan "pemahaman-penjelasan".


Metode itu menekankan sudut pandangnya pada konsep bahwa tidak pernah ada titik awal yang secara mutlak

12