Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sesuatu, tetapi intipati dari apa yang dilihat dan tanggapan terhadap apa yang kita lihat. Kaidah itu bukanlah suatu bentuk empirisme yang mementingkan pengalaman individu yang tidak tetap dan terpecah-pecah, bukan juga suatu jenis psikologisme” yang tertarik dengan proses akaliah yang dapat diperhatikan pada individu itu. Melalui fenomenologi, kita dapat mengungkap struktur kesadaran itu sendiri dan dalam perlakuan yang sama mengungkap fenomena itu juga.

Tokoh lain yang menguraikan fenomenologi ini adalah Weber (dalam Moleong, 1996:9), yang memberi tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti dari apa yang mereka teliti. Fenomenologi memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan dalam pendekatan ini adalah aspek subjektif perilaku manusia. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari hari. Para fenomenolog percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara menginterpretasi pengalaman melalui interaksi dengan orang lain dan tersedia pengertian bahwa pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

Eagleton (1988:62) menambahkan bahwa dalam kritikan fenomenologi seluruhnya tertuju pada suatu pembacaan teks secara "batiniah" yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh unsur di luar dirinya. Teks tersebut diturunkan sebagai wadah untuk kesadaran pengarang. Seluruh aspek gaya dan semantik dianggap sebagai bagian yang organik dari suatu keseluruhan yang kompleks dan yang menjadi inti pemandu adalah akal budi penulis. Persoalan dalam pendekatan itu adalah struktur yang ada dalam pikiran, yang dapat ditemui dalam tema yang berulang. Hal itu juga mencakupi cara penulis itu "menghidupi" dunianya, hubungan fenomenologi antara dirinya sebagai subjek dan dunia sebagai objek. Menurut Eagleton, "dunia" dalam karya

11