Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

keindahan serta semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Analisis estetika adalah usaha untuk menjawab pertanyaan tertentu, misalnya kapan suatu objek dikatakan indah?, apakah yang menimbulkan rasa indah itu?, apakah indah itu terletak pada objek atau pada persepsi pengamat?, dan apakah ada hubungan seni dengan kebenaran dan moralitas? (Hospers dalam Yusriwal, 1998). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, estetika memerlukan bantuan ilmu lain, terutama yang berhubungan dengan bidang humaniora, seperti ilmu sejarah, sastra, sosial, teologi, dan arkeologi (Djelantik, 1999:11).

Estetika yang universal, dalam arti dapat diterima umum dan berlaku untuk seni di segala masa dan tempat, menurut Teeuw (1984:353) belum ada. Sebaliknya, perbedaan dan pertentangan pendapat para ahli semakin sengit. tergantung pada pendirian filsafat, sosial-politik, dan etika para ahli yang bersangkutan. Teeuw mencoba menelusuri apakah dalam sastra Indonesia terungkap pendekatan estetika terhadap karya sastra secara jelas karena memang teori estetika yang eksplisit tidak diketahui di bidang sastra Indonesia. Akan tetapi, ada konsep estetika yang secara implisit terkandung dalam sastra Melayu dan puisi Jawa Kuno. Estetika tersebut tidak bersifat otonom. Fungsi seni diabadikan pada fungsi agama, yaitu pengagungan Tuhan.

Setiap masyarakat dan kebudayaan mengembangkan estetika sesuai dengan kebudayaan masing-masing. Jadi, estetika yang universal mutlak tidak ada. Oleh karena itu, penelitian estetika harus mendapatkan tempat yang layak dalam penelitian kebudayaan (Teeuw, 1984:357). Berdasarkan kerangka berpikir itu, Mukarovsky (dalam Teeuw, 1984:358) menyatakan bahwa nilai estetika adalah sesuatu yang lahir dari tegangan antara pembaca dan karya, tergantung pada aktivitas pembaca selaku pemberi arti. Oleh karena itu, nilai estetika adalah proses yang terus-menerus, bukan perolehan yang tetap. Teeuw menjelaskan bahwa unsur estetika itu dapat dilihat dan ditentukan oleh tegangan antara karya seni sebagai sesuatu yang tersedia secara tetap, sikap, dan pengalaman

9