Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/133

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kutipan di atas memperlihatkan bagaimana orang Minang berusaha menghindari malu yang akan mendatangkan gunjingan orang kampung. Apabila salah seorang mamak dari kerabatnya sakit di rumah istrinya, beliau harus dijemput bagaiman pun caranya karena begitulah adat di Minangkabau.

Di dalam Sengsara Membawa Nikmat terlihat bagaimana dendam dan sakit hati tokoh Kacak yang telah dibuat malu oleh teman-teman Midun. Ia tidak bisa menerima perlakuan dan hinaan orang terhadapnya karena ia adalah kemenakan Orang yang berkuasa di kampung tersebut. Oleh karena itu, Kacak rela melakukan apa saja untuk membalaskan rasa sakit hatinya itu kepada Midun dengan cara mengupah orang untuk mencelakai Midun.

Ketika ia akan menvepak, kakinya yang sebelah kiri tergelincir, lalu Kacak ... bab, jatuh terhenyak. Segala yang main, baik pun si penonton semuanya tersenyum sambil membuang muka. Mereka itu seakan-akan menahan tertawanya. Oleh karena itu tak ada ubahnya sebagai orang sakit gigi tertawa. Sebabnya, ialah karena orang segan dan takut kepada kemenakan Tuanku Laras itu.

Kacak bertambah pucat mukanya karena malu. Apalagi dalam permainan itu ia dikalahkan Midun. Tubuhnya terasa sakit terjatuh. Pada pikirannya orang tertawa itu mengejekkannya. Sekonyong-konyong merah padam mukanya. Darahnya mendidih, sebab marah (Sati, 2001:16-17).

Rasa malu dan harga diri sebagai orang peran-tauantah yang membuat Leman dalam Meranta ke Deli harus melengkapi segala kebutuhan anak dan istrinya ketika puking ke kampung halaman. Ia harus membeli baju dan perhiasan yang bagus untuk diperlihatkan stan dipamerkan kepada

121