Halaman:Kisah Tuanta Salamaka.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Setelah sampai jam lima, berkatalah I Lokmok ri Antang kepada kedua orang Jawa itu, “Bagaimana pendapatmu, lebih baik kita kembali ke kapal, nanti kita ditinggalkan.

Mereka bertiga pergi ke kapal. Setiba di sana kapal pun berlayar. Tinggallah Tuanta sendirian memangku kepala orang tua itu.

Malam pun tiba, kemudian pagi, dan akhirnya orang tua itu meninggal. Tuanta tetap tinggal memangku kepalanya. Dalam kebingungannya, selama tiga malam Tuanta berdoa kepada Allah Swt. Perut mayat orang tua tersebut sudah mulai membengkak dan berulat.

Baunya sangat busuk. Ulatnya sebesar jari kelingking menjalar ke muka Tuanta. Tuanta tetap berzikir membaca, “La Ilaha Illallah Muhammadun Rasulullah.” Keadaan seperti itu berlangsung selama beberapa malam. Tuanta sebenarnya sedang diuji.

Setelah pagi hari di hari yang ketujuh, Tuanta mendengar suara orang yang bersin. Barulah juga ia membuka matanya. Ia melihat ternyata orang Tua itu masih ada. Badannya tidak kurang sedikit

21