HAMENGKU BUWONO IX G.R.M. DORODJATUN
Dilahirkan di: Jogjakarta pada tahun 1912.
Pendidikan: H.B.S. di Negeri Belanda dan menuntut ilmu hukum pada Universitet Leiden untuk beberapa tahun.
Anggota partai: tidak berpartai.
Kedudukan sekarang: Sri Sultan Kepala Daerah lstimewa Jogjakarta.
Pekerdjaan dan pengalaman jg. lampau:
dengan tidak dapat menamatkan peladjarannja dinegeri Belanda, ia terpaksa kembali ke Indonesia untuk menggantikan ajahnja sebagai Sultan Daerah Istimewa Jogjakarta.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan ia aktip dalam perdjuangan, diantaranja pernah mendjabat Menteri Negara dalam Kabinet Sjahrir dan Amir Sjarifuddin dan jang kemudiannja diangkat sebagai Djenderal Majoor T.R.I. (Tentara Republik Indonesia).
Sedjak tahun 1946 - 1949 ia mendjadi Gubernur Militer Daerah Militer Jojakarta; Menteri Negara dalam Kabinet Presidentil Drs. Moh. Hatta dan ber-turut2 sebagai Menteri Negara Koordinator Keamanan untuk kemudian Menteri Pertahanan merangkap Koordinator Keamanan Dalam Negeri dalam Kabinet Presidentil Drs. Moh. Hatta. Tertjapainja persetudjuan Rum-Rooyen, ia ditundjuk sebagai Koordinator penjelengaraan pengembalian Pemerintah R.I. ke Jogjakarta. Dalam pada itu, iapun memegang peranan penting dalam peristiwa Penjerahan Kedaulatan. Terbentuknja R.I.S. terpilih sebagai Menteri Pertahanan. Kemudian, sebagai Wakil Perdaa Menteri dalam Kablnet Moh. Natsir.
Dalam Kabinet Wilopo, ia menduduki korsi Menteri Pertahanan.
MOERDJANI, Dr.
Dilahirkan di: Tulungagung pada tanggal 18 Djuli 1905.
Pendidikan: Arts-diploma tahun 1930.
Anggota partai: Partai Nasional Indonesia (P.N.I.)
Kedudukan sekarang: Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan.
Pekerdjaan dan pengalaman jg. lampau:
pernah bekerdja sebagai dokter rumah sakit djiwa di Magelang. Karena aktivitetnja dalam lapangan politik, pada tahun 1934, ia dipindahkan ke Negara, Bali. Di Negara, ia mendirikan Sekolah Taman Siswa. Untuk mendjamin ,,rust en orde", ia hendak dipindahkan ke Irian, tapi ditolaknja dengan meletakkan djabatannja dan membuka praktek dokter partikelir di Bandung. Disamping itu, ia memimpin poliklinik Muhammadijah dan rumah sakit Islam di Tjiparai. Waktu pendudukan Djepang, diangkat sebagai Kontyo Indramaju. Sedjak tahun 1945-l949; sebagai Wakil Residen, kemudian Residen Indramaju; Gubernur Djawa Barat, Gubernur Djawa Timur (tahun 1947), dan kemudian pada bulan Pebruari 1949 ditawan oleh tentara Belanda. Dalam perundingan Rum-Rooyen, duduk selaku Ketua Local Joint Comittee dan Penasihat dari Central Joint Board. Pada tahun 1950, diangkat selaku Gubernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan.
Pergerakan: pernah mendjadi anggota ,,Jong Java", ,,Indonesia Muda" dan ,,Jong Islamietenbond". Disamping itu aktip sebagai Pemimpin Perkumpulan Djuru-rawat; anggota pengurus P.B.I. Magelang, Pemimpin Persatuan Sopir Semarang dan Magelang (th. 1932); Ketua Tjabang dan Komisaris Daerah ,,Parindra" Djawa Barat dan Komisaris ,,Surjawirawan" Daerah Djawa Barat. Didjaman Djepang sebagai Ketua ,,Putera" Priangan Syuu, disamping sebagai anggota Sangi Kai Priangan Syuu.
LANTO DAENG PASEWANG
Dilahirkan di: Djeneponto, Sulawesi tanggal 3 Djuli 1900.
Pendidikan: MOSVIA Makassar dan Bestuursschool Djakarta.
Anggota partai: Partai Kedaulatan Rakjat (P.K.R.)
Kedudukan sekarang: Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sulawesi.
Pekerdjaan dan pengalaman jg. lampau:
setelah lulus duri Sekolah di Djakarta, ia diangkat selaku Kepala Djaksa di Ambon. Tapi, pengangkatan ini tidak dapat diwudjudkan berkenaan dengan politik Pemerintah Hindia Belanda alm. Achirnja, dalam tahun 1936 diangkat djuga sebagai Kepala Djaksa dengan kedudukan di Makassar. Didjaman pendudukan Djepang, ia mendjabat Pegawai Tertinggi Kepulisian untuk Sulawesi. Pada waktu revolusi, bersama2 dengan Dr. Ratulangi diasingkan ke Seruni.
Setelah dibebaskan dari pembuangan, pada bulan Pebruari 1948 diperbolehkan pergi ke Jogjakarta. Dalam bulan September 1949 kembali ke Makassar dan setahun kemudian terpilih menjadi anggota parlemen N.I.T. dalam memimpin fraksi Kesatuan. Dalam Kabinet N.I.T. Putuhena, ia memangku djabatan Menteri Dalam Negeri jang waktu pendaratan T.N.I. duduk dalam Panitya Penjelenggaraan Pemerintah Peralihan.
Pergerakan: sebelum perang pasifik ia mentjurahkan tenagnja dalam lapangan sosial dan terkenal sebagai salah seorang pemuka Muhamadijah jang aktip. Setelah kembali dari pembuangan di Seruni, ia memasuki gerakan P.K.R. sebagai Ketua Pengurus Besar.
53