-44-
oleh satoe Sinoloog, bahoea sadari orang dapetkèn ilmoe menjitak soerat brangkalih tida ada satoe kitab jang begitoe bagoes isinja sabagi kitab-kitab peladjaran Khong Tjoe, jang mengasih liat dengen njata itoe nabi poenja hati moelja, adat aloes, pikiran dalem, pengartian besar dan ingetan terang dan tadjem.
„Djikaloe kita," kata itoe Sinoloog, „menginget pada perboeatannja beberapa radja radja agama, jang boleh dikataken sedeng tangannja jang kiri ada memegang kitab agama, tangannja jang kanan ada memegang pedang, dan hatinja tida merasa kaberatan toempahken darah manoesia aken gemoekin itoe tanah dimana ia hendak siarken pengadjarannja. — haroeslah kita berkata bahoea Khong Tjoe ada laen sekalih. la tida kaliatan mengandoeng kainginan aken agoengken diri sendiri antara sasama manoesia ; djoega ia tida pernah tambahin pengaroeh dari kitab-kitabnja dengen membilang itoe kitab ada beratsal dari Toehan jang telah didatengken ka doenia oleh tangan malaikat dan laen-laen omongan samatjem itoe. Khong Tjoe telah tjari dan dapetken pengaroeh aken iapoenja kitab-kitab dengen lantaran iapoenja hati jang moelja, pikiran dalem, mengenal baek hati manoesia dan kapentingannja orang banjak jang ia dapetken dari pengalaman dalem tempo lama, salagi ia bekerdja aken siarken pengataoeannja oentoek sasama manoesia, sambil ia sendiri tida berentinja mentjari pengartian aken tambahin apa jang ia soedah ada póenja.
„Sedeng ia memberi pengadjarannja dengen amat terang, manis dan sabar, ia tida pernah tjari kabesaran apa-apa katjoeali kabesarannja akal-boedi, jaitoe manoesia poenja satoe sifat berätsal dari Toehan jang, maskipoen bagimana ketjil adanja, soedah tjoekoep aken angkat manoesia mendjadi radjanja sekalian machloek jang laen.
„Khong Tjoe siarken peladjarannja dengen satjara merendah : ia boekan beriken itoe seperti sinarnja akal boedi sendjri, hanja seperti barang pendapatan jang
