Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

suatu persoalan jang penting karena strukturnya jang komplex. Alasan begini kami rasa, adalah terlampau kurang diterangkan, sebab kalau hanja jang tadi sadja djawabnja, maka djawab itu kurang mejakinkan. Adalah akan lebih mejakinkan kiranja seandainja ia mempergunakan alasan jang digunakan oleh Gray jang mengatakan bahwa kataganti merupakan bagian jang primitif dari bentuk2 bahasa2 jang lain dan sulit dapat pengaruh asing. Namun begitu kami dapat memahami apa sebabnja, maka ia menggunakan kataganti sebagai bahan pembitjaraannja, ialah karena bahasa2 Austronesia Timur itu memperlihatkan gedjala2 kataganti jang hampir bersaaam keadaanja. Dan dalam bagian disamping kataganti djuga dibitjarakan Grace mengenai artikel atau katasandang, dari bahasa2 Polynesia, Rotuman dan Fidji. Kesimpulan jang didapat Grace pada bagian ini adalah bahasa2 polynesia mempunjai hubungan dengan bahasa Fidji dan bahasa Rotuman.

Pada bab berikutnja, jaitu bab VI, dibitjarakan Grace mengenai persamaan kosakata antara bahasa2 Polynesia dengan bahasa Fidji dan Rotuman. Djuga pada bagian ini, Grace melihat adanja hubungan antara bahasa2 Polynesia dengan bahasa Fidji dan Rotuman tadi.

Begitulah pada kesimpulan, Grace menjimpulkan bahwa bahasa2 Polynesia, bahasa Fidji dan Rotuman telah mengalami masa sedjarah bersama-sama jang terpisah dari keluarga bahasa2 Austronesia jang lainnja. Karena itu ketiga bahasa dan bahasa2 itu dapat digolongkan kepada suatu kelompok jang lebih ketjil dalam lingkungan kelompok bahasa2 Austronesia jang dinamakan dengan kelompok bahasa2 Austronesia Timur. Karena itu bahasa Rotuman misalnja haruslah diperhatikan kiranja dalam menentukan bahasa Proto Austronesia. Keadaan begini, kata Grace selandjutnja, dapat menimbulkan perhatian orang untuk selandjutnja mempeladjari kelompok2 jang lebih ketjil dalam lingkungan kelompok bahasa2 Austronesia.

Sesudah itu, maka Grace mulailah dengan Appendixnja. Appendixnja jang pertama adalah mengenai Glottochronology dari bahasa2 Polynesia dan Melanesia. Appendixnja ini merupakan bagian jang penting sekali pula, Kepentingannja dapat dilihat karena ini adalah merupakan suatu pelaksanaan jang pertama kali metode Glottochronology atau penghitungan umur perpisahan suatu bahasa dengan bahasa lain, dengan menggunakan bahan2 bahasa dan statistik, kedalam bahasa2 jang tergolong bahasa Austronesia. Karena itu pelaksanaan ini dapat didjadikan tjontoh bagi pelaksanaan selandjutnja. Tjuma sajangnja, Grace hanja memberikan angka2 begitu sadja, tanpa memberikan daftar kata2 jang digunakannja sekali. Alangkah baiknja seandainja ia dapat memberikan daftar2 kata2 jang dibandingkannja dengan perhitungannja sekali, sehingga orang dapat memeriksa lebih landjut perhitungannja itu.

Begitulah buku ketjil ini, dengan mengenjampingkan segala kekurangannja, dapat digunakan oleh orang jang mau bekerdja dalam lapangan perbandingan bahasa2 Austronesia atau bahasa2 Indonesia lebih kusus, karena buku ini djuga membitjarakan tentang metode jang digunakan. Disamping itu buku ini dibandingkan dengan buku2 jang lebih tua, djauh lebih baik, karena ia djuga memperhitungkan teori2 baru jang belum dikenal sebelumnja. Begitulah buku ini digunakan sebagai pegangan.


Umar Junus.