Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/47

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sistematik pembitjaraannja itu, maka buku ini lebih banjak dapat digunakan pegangan daripada buku2 jang lain mengenai pembitjaraan perhubungan kekeluargaan bahasa2 Austonesia. Jang lebih mengesankan kepada kita, adalah pembitjaraan mengenai metodologi, jang dapat digunakan sebagai pegangan untuk mengadakan penjelidikan selandjutnja pada beberapa bahasa lainnja.Demikianlah dalam bagian metodologi, Grace membitjarakan pertama kali mengenai prinsip dasar jang dikembangkan oleh Karl Brugmann, jang mengatakan : Hanja inovasi jang bersifat unik jang sama2 dimiliki oleh sekelompok bahasa jang dapat digunakan sebagai tanda jang njata adanja suatu subgrouping. Dan inj kata Grace ternjata bisa digunakan untuk berbagai bahasa. Dan karenanja Grace djuga menggunakan prinsip ini pada bukunja itu. Dengan prinsip jang dikembangkannja oleh Brugmann itu, ditambah dengan metode Glottochronology jang dikembangkan oleh M. Swadesh, maka Grace akan mentjoba menerangkan perbedaan umur perpisahan antara dua atau lebih bahasa. Tapi dalam unsur2 jang sama2 dimiliki itu ada jang harus disangsikan kata Grace selandjutnja. Hal jang harus disangsikan itu kata Grace adalah mengenai djumlahnya data jang diperlukan untuk dapat mengatakan sekelompok bahasa merupakan satu kesatuan asal usul. Disamping itu kata Grace haruslah djuga kiranja diperhatikan, bahwa adanya hal2 jang bersamaan antara dua bahasa hanja tersebab karena adanja persamaan asal usul, tapi djuga mungkin karena sebab2 lain, sebagai: kebetulan, jaitu hal2 jang berkembang sendiri2, ataupun karena pindjaman. Demikianlah ketiga hal ini dibitjarakan Grace lebih dulu sebelum mulai menentukan hubungan antara bahasa2 jang mau dihubungkan itu.

Pada pembitjaraan mengenai fonologi, maka Grace pertama kali membitjarakan hasil kerdja Dempwolff. Pada garis besarnja ia dapat menerima hasil kerdja Dempwolff tapi heran kenapa Dempwolff begitu sadja menganggap bunji2 Proto-Indonesia sebagai bunji Proto-Autronesia. Hal ini dirasakan kurang tepat oleh Grace apalagi bila diingat kata Grace selandjutnja, bahwa sebuah bentuk oleh Dempwolff baru dianggap sebagai bentuk Proto-Austronesia, apabila bentuk itu terdapat pada dua bahasa2 Ondonesia, atau pada salah satu bahasa2 Indonesia dan salah satu bahasa Melanesia/Polinesia tapi tidak bentuk2 jang hanja terdapat pada bahasa2 Melanesia/Polinesia sadja. Karena itu kata Grace bahwa sebagian besar jang diadjukan oleh Dempwolff itu tidak terdapat pada Austronesia Timur. Keadaan beginilah jang menjebabkan Grace menulis karangan ini, untuk membuktikan bahwa bahasa2 Polynesia beserta dengan bahasa Fidji dan Rotuman merupakan sebuah kelompok bahasa dalam kelompok Austronesia jang berdiri sendiri dan jang dinamakan Grace dengan nama bahasa2 jang ada Austronesia Timur. Disamping itu ia keberatan lagi kepada tjara bekerdja Dempwolff jang hanja memperbandingkan bahasa2 Timur dengan bahasa2 Indonesia, tapi tidak sesama bahasa2 Austronesia Timur, sehingga kita tak mengetahui samasekali perhubungan bahasa2 jang ada didalam daerah jangblebih ketjil itu. Begitulah kedua hal ini jang akan dibitjarakan Grace dalam bukunja ini. Sesudah membitjarakan tentang bekerdja Dempwolff ini, maka Grace terus dengan membitjarakan tjara bekerdja Dyen, jang kelihatannja merupakan seorang pengeritik dan jang menjempurnakan rumusan2 jang telah diberika oleh Dempwolff. Sesudah selesai dengan kedua pembitjaraan ini, barulah Grace mulai dengan pembitjaraannja sendiri jang memperbandingkan bunji2 bahasa jang terdapat pada bahasa2 jang dinamakannja dengan nama bahasa2 Austronesia Timur, jang antara lain dibitjarakannja mengenai bahasa Botumon.

Pada bab berikutnja dibitjarakan oleh Grace mengenai tatabahasa. Dalam membitjarakan tatabahasa ini, Grace memusatkan pembitjaraannja kepada persoalan kata ganti orang. Sebab jang utama jang menjebabkan Grace memilih pokok kata ganti ini adalah karena pada buku2 mengenai tatabahasa Austronesia Timur ini, merupakan