Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/185

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PERSOALAN BUDAJA DARI PENGAKTUILAN PENGERTIAN 45

TANGGAL 29 April, genaplah 1 tahun jang lalu Chairil Anwar meninggal, dan dikubur di Karet, Djakarta. Sedjak ilulah sebenarnja, pengertian Angkatan 45 dalam lapangan sasira tampil dalam masjarakat, kata jang untuk pertama kalinja diljetuskan oleh Rosihan Anwar. Sampai dengan tahun 1955, pengertian ini boleh dikata beroleh “konjungtur" jang tinggi. Setiap sastrawaa jang menganggap dirinja kurang lebih penting ketika itu, kurang lebih pula menganggap dirinja termasuk angkatan itu.

Akan tetapi, setelah tahun 1955 jang kita sobut itu, kila melihat kendurnja konjungtur itu. Beberapa tokoh ulamanja bahkan setjara terang'an mengatakan, buhwa mereka selama ini tak pernah menganggap dirinja pernah masuk angkalan itu. Masjarakat kesusasteraan gager — dan timbullah diskusi2, jang borkisar kepada utjapan2 penampikan itu, Dan sadjak2 Chairil Anwar jang dianggap oleh setengah masjarakai sebagai plagiat sadja dari beberapa sadjak Tionghoa dan Inggris, ikut menambah ramainja diskusi itu,

Dan selelah kita mentjapai tahun 1960 ini, kita boleh mentjatot, bahwa dibidang kesusasieraan chususnja, dibidang kegiatan kebudajaan lainnja umumnja, pengertian Angkatan 45 itu sudah tak aktuil lagi semasekali Bahkan, tak seorangpun dari kalangan sasterawan dan budajawan jang punja selera untuk memperbinijangkannja. Ini sebenarnja sudah njata dari tahun2 belakangan ini, dimana peringatan2 Chairil Anwar peda tiap tanggal 29 April sudah semakin mendjadi djarang, dan kalaupun masih ada dilakukan djuga di-kota2 ketjil, itu dilakukan dengan perhatian dan kegairahan jang minim sekali.

Didalam kenjataannjapun. memanglah kehadiran dari apa jang disebut sebagai Angkatan 45 itu, talah pudar samasokali. Untuk itu, kita tjukup melihat kepada hasil karja2 kesusasteraan kini. Puisi kita dewasa ini benar2 ada didalem taraf peralihan. dalam arti mempunjai pada dirjpja semua tjiri2 negatif dori masa pantjaroba. Sampai dengan tahun 1955, madjalah? kesusasteraan kita masih dipenuhi dengan sedjak2 jang sedikit hanjaknja peroleh inspirasinja dari sadjak' .,Aku", ,Tjerila buat Dien Tamaela” punja Chairil Anwar, dan beberapa sadjak dari tokoh2 penting Angkatan 45 lainnja, seperti Asrul Sani dan Rivai Api.

Akan tetapi, sedjak tahun 1955, pengaruh itu semakin pudar. Sadjak2 jang dibuat oleh tokoh2 penting sesudah kurun ini, jaitu Toto Sudarte Bachiiar dan W.S. Rendra, sudah mempunjai pernafasan jang lain. Vitasme jang dichutbahkan Chairil Anwar, seperti itu bergema dalam dirinja lewat sadjak? Belanda jang pernah dibatjanja, Seperiti karja Marsman, dan tulisan2 pengarang Belanda lainnja seperti Menno ter Braak dan Du Perron, dan seperti itu bergema kedalom diri mereka ini lewat tulisan2 filosuf-kebudajaan Djermon Friedrich Nietascho, telah mengendap pergi. Ganlinja adalah suatu kepenjotran jang kurang vital, kurang dinamis, dan -- oleh sebab itu mendjadi lebih melodies, Sadjak2 Toto Sudakto Bachiiar dan W.S, Rendra tampil dengan melodi, de-