Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/177

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Disekitar inti ini ada kaum intelek lain jang menduduki djabatan-djabatan penting dalam pemerintahan. Para pemimpin dan intelek inipun mendjadi terkemuka karena memimpin partai-partai politik. Dengan begitu mereka merupakan ,big society" Indonesia jang berkuasa dan mempunjai kata terachir dalam segala hal penting jang memutuskan mengenai politik, tata-negara seria soal kebudajaan. Soal-soal kebudajaan ini dalam zaman kemerdekaan mengalami kesibukan, berkat kegiatan masjarakat serta hubungan tanah-air dengan negeri-negeri lain. Umumnja mereka sewaktu muda mendapat pendidikan Belanda: kaum budajawan diantara mereka mempeladjari ilmu kebudajam dari buku-buku Eropa serta mempeladjari Indonesia Klasik, tapi kurang mempunjai pengertian dan apresiasi terhadap kesenian-kesenian hidup disekitar mereka sehari-hari jang ditjiptakan oleh generasi sesudah mereka serta nilai-nilai baru jang ditimbulkan oleh kesenian-kesenian ini untuk masjarakat. Sebagai ilustrasi dapat kita ambil utjapan salah seorang pemuka dari generasi tua bahwa kebudajam baru hendaknja dibentuk dengan membuat sintese dari puntjak-puntjak kebudajaan-kebudajaan kuno! Padahal kebudajaan klasik dan baru dengan sendirinja mempunjai bentuk maupun isi jang berlain-lainan, karena bentuk dan isi penghidupan-penghidupan, tempat asal mereka ma- sing-masing sudahlah berlainan. Bertolak dari bentuk-bentuk kesenian klasik tentulah mungkin sadja, tapi hasilpja pasti lain dari bentuk-bentuk klasik itu. Dan kesenion Indonesia modern telah mengolah unsur-unsur lain, baik dari dunia luar maupun dari tenaga kebatinan si pentjipta sendiri jang tentunja manusia modem, dengan alam pikiran, alam perasaan dan fantasi jang lain daripada pentjipta dalam kesenian klasik Indonesia.


Berbareng dengan kurangaja apresiasi terhadap kaum muda ini, angkatan tua itu suka berpaling pada tenaga-tenaga asing, terbukti oleh pemberian fasilitet-fasilitet serta pesanan-pesanan kepada Chris Broekhuyzen, Jef Last, John Coast. Agaknja jang mendjadi ukuran mutlak bagi mereka untuk mulu kesenian dan kebudajaan ialah pendidikan akademi luar negeri, kemudian akademi dalam negeri, sedangkan kreativite! terbesar dari angkatan muda kesenian muntjul diluar segala pendidikan itu.


Mengalihkan perhatian kepada tenaga rakjat, nampak pada kita warisan zaman feodal dan zaman pendjadjahan jang menjedihkan. Rakjat jang sehari-hari serba susah mentjari mata-hidupnja itu lama-kelamaan telah lari pada seni hiburan, ditambah dengan anasir-anasir pengalaman penghidupan. Tapi seni pelarian rakjat lahir dari bawah segala tekanan itu, misalnja kerontjong dan beberapa sandiwara kerakjatan, tentu tiada mungkin mentjapai taraf tinggi. Demikianlah terutama lokanan ekonomi dan kurangnja pondidikan mentjekam + 70% dari rakjat Indonesia seluruhnja. Koketjualian hanja ter- dapat, dimana seni klasik masih dapat dikonservir. baik karena mutunja jang tinggi maupun lantaran telah tak dapat dikikis lagi dari hati rakjat, atau karena dapat dipergunakan untuk mata-pentjaharian. Dengan begitu masih hidup berbagai musik, tari-tarian, senilukis, senidrama dan seni keradjinan, semuanja bersifat kedaerahan. Di Bali bahkan warisan seni nenek-mojang masih bernafas sehidup-hidupnja dan seutuhnja. Tapi pembaharuan sukar ditjari dan biasanja dibimbing oleh orang-orang muda terpeladjar jang membuat experimen-experimen.


Golongan angkatan muda pada umumnja ada jang hidup dalam suasana djelata, tapi sebagian besar golongan intelekuja jang menghasilkan barisan pemimpin muda dimatjam-matjam lapangan terpengaruh oleh tjara hidup kaum elita dan oleh kebudajaan asing melalul buku-buku peladjaran dan ilmu. Banjak diantara jang terpeladjar ini serba tjanggung dalam menghadapi kebudajaan, djuga kebudajaan rakjat mereka sendiri, lantas lari pada hiburan murah seperti buku, madjalah, film, dansa jang diimpor dan dangkal nilainja. Tentu ada jang berkat pendidikan atau kebudajaannja dalam pemerintahan, partai atau sebagai partikulir mendjadi pendukung kebudajaan.