Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/174

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

siaan murni jang memantjar dari si Gadis. Imran melarikan diri dengan bantuan si Gadis dan serdadu Nica tinggal seorang diri menunggu kawan-kawannja datang memberikan pertolongan jang tidak diharapkannja lagi.

Didalam drama ini pertjakapan agak mendjemukan pandjang-pandjangnja, ulangan-ulangan pertjakapan jang sama isinja dan tidak membuka perspektif-perspektif baru mengendorkan perhatian. Sorotan-sorolan kembali dua kali dalam babak pertama dan tiga kali dalam babak kedua, tidak dapat menghalau kebosanan jang timbul pada penonton dan pembatja. Tjobaan Imran terhadap keberanian serdadu Nica sampai dua kali untuk membunuh dirinja sendiri, mula-mula dengan pestol kemudian dengan pisau, tidak terasa kemustiannja, seperti djuga demonstrasi Adang sampai beberapa kali untuk bunuh diri dalam „Titik Titik Hitam”.

Saja berpendapat bahwa drama-drama seperti „Bung Besar” dan „Titik Titik Hitam” pantas dibukukan untuk perbendaharaan kesusasteraan Indonesia baru. Dalam hal ini teringatlah saja kepada Balai Pustaka jang kembali giat menerbitkan buku-buku karangan baru disamping ulangan tjetak buku-buku jang lama. Dapatlah diimbangi penerbitan kumpulan sadjak dan tjerita pendek dengan drama-drama jang bermutu seperti ini.

Dalam penerbitan buku-buku dari Balai Pustaka dan lain-lain penerbit kita harapkan tidak hanja sikap pasif menunggu sampai sang pengarang datang mengantarkan sendiri naskahnju, tapi dengan aktif memasang kuping dan mata mentjari dan meminta naskah- naskah ataupun hasil-hasil sastera jang telah terbit dalam madjalah ataupun sekedar dipanggungkan diatas pentas atau disiarkan melalui radio, tapi belum diterbitkan sebagai buku. Dengan djalan ini akan lebih mudah mendapatkan hasil-hasil jang sungguh bermutu, tinimbang menunggu-nunggu hasil-hasil jang belum tentu buruk baiknja masuk kepada redaksi. Dan tertolonglah hasil-hasil baik jang selama ini hilang tertimbun dalam tumpukan madjalah dan surat kabar dan menguap sirna diudara.


Djakarta, 26 Agustus 1959.

(dari: BUDAYA, Djan, 1960)