Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

saal seorang pemuda tertarik hatinja oleh seorang gadis jang baru pertama kali itu dilihatnja, maka pada diri pemuda itu timbullah suatu perasaan asing. Ia ingin membebaskan perasaan asing jang mengungkung dirinja itu, karena lu ia terus langsung sadja berbitjara dengan gadis itu. Djika ia tidak berani berbuat demikian, maka ia akan meminta bantuan pihak ketiga untuk memperkenalkannja. Bukankah fepat apa jang dikatakan oleh Walt Whitman :

Stranger, if you passing meet me and desire to speak to me,
why should you not speak lo me? And why should F not speak to you? ⁵).

Maka bukan tidak berdasarkan kerjataan, apabila Marcel berkata, bahwa hakikat saja terdapat dilalam engkau *), karena seorang engkau adalah seorang ia alias seorang asing jang telah dikenal, seorang asing jang telah diperangi kecsingannja dan Gengan azeorang saja ber-sama² telah merupakan suatu totalitas, Lihatlah umpamanja seorang asing jang baru kemarin tiba di Djakarta, jang ketika itu sedang mengendarai mobil untuk menfjari kenalannja di Kebajoran. Telapi ia rupanja tersesat, karena ia sampai dikota dan karena ia merasa, bahwa ia tersesat Hu, maka ia menghentikan mobilnja dan sambil menengok dari djandela mobilnja itu ja bertanja kepada seorang jang kebetulan sedang berdiri dipinggir djalan, orang itu belum pernah dikenalnja, tetapi orang asing llu bertanja: “Excuse me, do you speak Engiish ?" auatu kalimat pertama untuk membuka suatu pertemuan dengan orang-lain. Andaikata tidak perlu, umpamanja orang asing itu telah mengetahui sendiri djalan jang menudju ke Kebajoran, maka ia tidak akan bertanja kepada oranglain jang belum dikenalnja itu. Djelaslah, bahwa periemuan itu senantiasa disebabkan oleh karena keperluan: hanjalah kalau perlu orang itu berbitjara dan djustru dalam keperluan inilah letaknja makna insani jang merupakan hakikat dari segala kebudajaan itu, berapa djugapun kerjilnja n-akna itu.

KEBUDAJAAN SEBAGAI DIALOG

Dalam hal jang demikian inilah kita memerlukan suatu bahasa dan adalah bahasa itu merupakan Junksi sosial pula, karena itu merupakan aspek kebudajaan jang penting sekali. Sebagaimana seliap kebudajaan Itu akan bermula dan berachir dengan manusia, maka oleh pentingnja asptk kebudajaan dalam rupa bahasa iri seringkali penggunaan bahasa jang salah dapat menimbulkan bentjana. Dan ini adalah tragik dari manusia, bahwa heberapa perkataan dari sesuatu hahasu tidak dapai diterdjomahkan kedalam bahasa Isin, Umpamanja sadja dalom tahun² tigaputuhan arang Djermon menterdjemahkan perkalaan Inggris “civil” dengan ,.Birger”, sehingga ..civil society" disamakan oleh orang Djerman dengan masjarakat burdjuis, sedang perbedaan aniara kedua Istilah itu djelas, jaltu dalam “civil Soclety” setiap anggota masjarakat mendja. lankan politik dengan aktif, dengan parkataan lain, setiap anggota masjarakat mengambil bagian dalam kehidupan politik setjara bertanggung djawab., sedang dalam masjarakat berdjuasi atau “birgerliche Goselschait" tidak setiap anggota masjarakat mendjalankan politik dengan aktif, dongan perkataan Jain, tidak seliap anggota masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan politik setjara bertanggung djawab, me-


³) Orang asing, bila engkau bertemu dengan aku ditengah djalan dan ingin berbitjara dengan aku, mengapa engkau tidak akan berbitjara dengan aku?
Dan mengapa oku tidak ekan berbitjara dengan engkau ?
⁶) Lihat CA. sen Peursen, Korte Inleiding in de Existentiephilosophien, Amsterdam, 1948, p. 34.