Halaman:Himpunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (1984).pdf/296

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

(3) Ketua Rapat berhak mengeluarkan peninjau-peninjau yang tidak mengindahkan perintah itu dengan paksa, kalau perlu dengan bantuan alat Negara.

(4) Dalam hal termaksud dalam ayat (2) Ketua Rapat dapat juga menutup Rapat.

BAB X

TENTANG SURAT-SURAT MASUK/KELUAR

Pasal 136.

(1) Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong menentukan, apa yang harus diperbuat dengan surat-surat masuk dan/atau meneruskannya kepada Komisi-komisi atau Panitia-panitia yang bersangkutan, kecuali apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai sesuatu surat menentukan lain.

(2) Mengenai surat-surat yang diteruskan kepada Komisi, oleh Sekretariat Komisi dibuat daftar yang memuat dengan singkat isi surat-surat itu.

(3) Salinan daftar surat-surat termaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada semua Anggota Komisi untuk diketahui.

(4) Ketua dan Wakil-wakil Ketua Komisi memeriksa surat-surat dan menetapkan bahwa Ketua dan Wakil-wakil Ketua Kornisi berhak menyuruh simpan surat-surat yang tidak perlu diselesaikan.

(5) Ketetapan tentang cara menyelesaikan surat-surat itu dibubuhkan dalam daftar surat-surat asli, yang ada pada Sekretariat Kornisi dan tersedia bagi Anggota Komisi untuk diperiksa.

(6) Surat-surat yang menurut anggapan Ketua atau Wakil Ketua Komisi memuat soal yang penting, diajukan oleh Ketua Komisi dalam rapat Komisi untuk dirundingkan dan ditetapkan cara penyelesaiannya.

(7) Anggota-anggota Komisi, setelah menerima daftar surat-surat termaksud dalam ayat (2) dan/atau asli daftar tersebut yang dimaksud dalam ayat (2), dapat juga mengusulkan, supaya surat-surat yang menurut anggapan mereka memuat soal-soal penting, diajukan dalam rapat Komisi untuk dirundingkan dan ditetapkan cara menyelesaikannya.

Pasal 136.

(1) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong berpendapat, bahwa tentang sesuatu hal yang termuat dalam surat-surat masuk

300