— 62 —
Achir-achir baginda radja Louu mangkat ka rachmatoellah dan digantiïn di atas tachta karadjaännja oleh baginda AIJKONG. Radja ini tiada mengenal baik kapada KHONGTJOE, seperti radja jang doeloe itoe. Maskipoen di dalam halnja melakoeken djabatan pembesar jang menjadiaken oendang-oendang, dan di dalam halnja memegang perintah, demikianlah djoega di dalam halnja seperti orang jang berilmoe memalihara karadjaän, KHONGTJOE telah membri banjak kanjataän dari boedi dan kapandean besar, - oleh ini baginda AIJ KONG ija ada dipandang sadja seperti satoe poedjonggo dan satoe goeroe omong, jang haroes diseboet ada terlaloe radjin aken memalihara segala kabiasaän koeno. Dari sebab demikian adanja ija poenja pikiran, baginda ini tiada indahken KHONGTJOE, malah itoe djabatan, jang doeloe hari dilakoeken oleh KHONGTJOE, dianoegrahken olehnja kapada lain orang. KHONGTJOE lantas berlaloe ka karadjaän Oewe, di mana ija berdoedoek kombali membatja dan memikiri dengan radjin boenjinja kitab-kitab, sabagimana lakoenja pada daoeloe hari. Aken tetapi tiada berselang lama dari temponja berlaloe, saorang dari antara moerid-moeridnja, IAM IOE namanja, doedoek berkata-kata sama soewatoe ponggawa besar bernama KOEISOEN, jang ada diindahi oleh baginda. Ini moerid goenaken waktoenja itoe aken membri ingat pada itoe ponggawa besar, bahoewa laloenja KHONGTJOE ka lain negri haroes terpandang seperti satoe karoegian besar sekali aken karadjaän Louu. ,Kita-orang," kata moerid itoe: ,soedah ampir djadi toeladan aken segala bangsa: karadjaän-karadjaän jang djadi tetangga kita di segala fihak poen, soedah menjangkok banjak kita poenja kabiasaän; marika itoe mengoesahken diri aken toeroeti kita di dalam segala perkara. Sekarang tantoelah kita ini misti toeroeti lain-lain bangsa, sedang kita-orang — di tempo KHONGTJOE ada pangkoe djabatan besar di sini — telah