Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/76

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

II. Dalam bahasa Minangkabau konsonan pada achir kata menga- lami unifikasi atau berubah. Bunji² letus (éksplosiva) mendjadi q, bunji-lebur tidak bersuara. Bunji sengau dan h tetap ada, bunji s mendjadi h.

III. Dalam bahasa Makasar terdapat semua kemungkinan itu. Konsonan anaktekak tidak bersuara, bunji sengau mendjadi ŋ, bunji bunji letus di-unifikasi mendjadi q. bunjiletus (éksplosiva) tetap mempunjai vokal-penjangga.

208. Dalam semua bahasa Indonésia konsonan pada achir kata atjapkali digantikan oléh bunji lain. Dalam bahasa Melaju disamping kata butir terdapat djuga butil. Dalam bahasa Howa terdapat kata wurutra (= burut dalam bahasa Melaju), dan kata wùruka (petjah, dsb). Gedjåla itu terdapat tersendiri dalam beberapa hal sadja, mung- kin terdjadi dari proses pembentukan kata, atas pengaruh analogi, dsb.

209. Dalam beberapa bahasa Indonésia atjapkali djuga terdapat konsonan pada achir kata, sedang dalam bahasa Indonésia purba dan bahasa Indonésia sekarang jang lain kata² jang sama artinja berachir dengan vokal. Kata pira (berapakah) dalam bahasa Indonésia purba ialah piraŋ dalam bahasa Makasar dan kata ika (ini) dalam bahasa Djawa kuno ialah kan dalam bahasa Djawa sekarang. Dalam hal itu kata-bentuk (formword) memperoléh tambahan ŋ. ,,Anak ini" ialah dalam bahasa Junani tuto to teknon dan dalam bahasa Djawa kuno: ika ŋ anak. Artikal jang mendjadi tambahan itu atjapkali djuga terdapat dalam bahasa² Indogerman, misalnja dalam bahasa Perantjis dalam kata lierre (tanaman jang merambat).

210. Djika karena hukum tentang bunji achiran bunji achir itu berubah dan ditambahkan achiran padanja, maka tampaklah gedjala² seperti berikut :

I. Bunji achiran jang terdapat dalam bahasa Indonésia purba tampak lagi. Djika dari kata nipiq (= nipis dalam bahasa Indonésia purba) dibentuk katakerdja, maka katakerdja itu bukanlah nipiqi, tetapi nipisi dengan memakai achiran i. Lebih tepat dikatakan bentuk nipisi itu terdapat dari djaman ketika orang masih memakai kata nipis.

II. Tjara menurunkan kata² menundjukkan keadaan bunji achiran sekarang. Kata baŋun (bangun) dalam bahasa Indonésia purba ialah baŋun dalam bahasa Makasar dan dari kata itu diturunkan katakerdja banuŋan (mendirikan). Bentuk kata itu berasal dari djaman ketika orang memakai ŋ sebagai ganti n.

75