Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/68

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca
BAB VII

GEDJALA² CHUSUS PADA BUNJI² JANG TERDAPAT PADA
PERMULAAN, DI-TENGAH² DAN PADA ACHIR KATA.

Kata pendahuluan.

180. Dari uraian dalam bab IV ternjatalah, bahwa perubahan bunji bergantung pada tempat bunji itu dalam kata², jaitu pada permulaan, di-tengah² atau pada achir kata. Bunji a dalam bahasa Indonésia purba mendjadi è dalam bahasa Běsěmah djika terdapat pada achir kata, djika tak terdapat pada achir kata bunji a itu tak berubah. Gedjala itu tak akan dibitjarakan lagi. Kami hanja akan membitjarakan suatu réntétan kenjataan tentang bunji jang dipandang dari djurusan tempatnja dalam kata² (pada permulaan, di-tengah² atau pada achir kata²) menarik perhatian. Dalam hal itu masuk djuga awalan, sisipan dan achiran kata².

Permulaan, pertengahan dan achir kata².

181. Awalan kata² dalam bahasa Indonésia jang dimulai dengan sebuah vokal ialah lemah, keras atau seperti aspirate bunjinja. Awalan jang keras bunjinja telah diterangkan (lihat keterangan dibawah nomor 142), awalan itu terdapat dalam banjak bahasa Indonésia dan oleh sebab itu dapat dipandang sebagai awalan dalam bahasa Indonésia purba djuga. Kadang² awalan jang keras bunjinja dan awalan-aspirate saling menggantikan. ,,Pada permulaan kata dalam bahasa Atjéh kadang² h menggantikan q dan sebaliknja; dalam satu dialék dipakai q dan dalam dialék lain h bergantungan pada kehendak pembitjara" (Snouck Hurgronje). Kamus² tentang bahasa Minangkabau bermuat banjak kata jang dimulai dan tidak dimulai dengan h, misalnja hindu dan indu. Dua²nja berarti ibu.

182. Dalam beberapa bahasa bunji x, y dan w menggantikan hamza djika hamza itu terdapat pada permulaan kata.

I. Dalam bahasa Muna terdapat x, misalnja dalam kata xate (hati) = atay atau qatay dalam bahasa Indonésia purba.

II. Dalam bahasa Buli hamza itu mendjadi y seperti dalam kata yataf = atěp atau qatěp dalam bahasa Indonésia purba.

67