dalam bahasa Roti jang sama artinja dengan kata walu dalam bahasa Indonésia purba.
Dalam dialék² bahasa Sisilia dan bahasa Bugis bunjiletus bersuara (média) jang mengikuti bunjisengau, mendjadi bunjiletus tak bersuara, misalnja dalam kata ancilu (bidadari) dalam bahasa Sisilia disamping kata angelus dalam bahasa Latin dan dalam kata janci (berdjandji) dalam bahasa Bugis jang sama artinja dengan kata janji dalam bahasa Indonésia purba.
Dalam dialék bahasa Djerman, bahasa Luzäärnertüiit dan bahasa Mori nt mendjadi nd, misalnja dalam kata Määndig (hari Senén) dalam bahasa Luzäänertüiiit disamping kata montasu dalam bahasa Petasia.
118. Tentang dua hukum bunji dalam bahasa Indonésia kami tak dapat menundjukkan hal² jang sedjadjar (paralél) dalam bahasa² Indogerman. Hukum itu tampak dalam bahasa Atjéh dalam kata thee (tiga = tělu dalam bahasa Indonésia purba): těl pada permulaan kata dalam bahasa Indonésia purba mendjadi lh dalam bahasa Atjéh dan u pada achir kata dalan: bahasa Indonésia purba mendjadi ee dalam bahasa Atjéh. (lihat djuga bagian terachir Bab V)
49