oléh sebab itu bentuk tjara andai (konjunktif) dari těmu ialah atěmwa; huruf u jang mendahului huruf pepet tetap ada dengan tak dipandjang-kan bunjinja; bentuk gerundium dari těmu ialah těmun (temu + ěn).
54. Umlaut dibitjarakan dibawah nomor 251 dan selandjutnja dalam hubungan dengan soal lain.
55. Huruf jang berbunji sengau tak banjak terdapat dalam bahasa² Indonésia. Bunji sengau mempengaruhi huruf jang mendahului atau mengikutinja.
I. Bunji sengau jang mendahului huruf jang tak berbunji sengau. ,,Dalam bahasa Atjéh harakat (vokal) jang mengikuti huruf jang berbunji sengau, mendjadi berbunji sengau djuga". (Snouck Hurgronje).
II. Bunji sengau jang mengikuti huruf jang tak berbunji sengau. ,,Dalam bahasa Howa seperti dalam bahasa Perantjis, harakat (vokal) jang mendahului huruf jang berbunji sengau, berbunji sengau djuga". (Rousselot) ,,Dalam bahasa Sakalavi misalnja huruf a jang pertama dalam kata mandea (pergi) berbunji sengau, oléh sebab mendahului bunji n" (Fahrner) 56. Setengah-harakat (vokal) (half-vokal) y dan w Huruf y dalam bahasa Djawa ialah setengah-harakat (vokal) seperti y dalam kata il y a dalam bahasa Perantjis", (Roorda). ,,Huruf y dalam bahasa Dajak diutjapkan seperti y dalam kata you dalam bahasa Inggeris". (Hardeland) ,,Huruf w dalam bahasa Bontok ialah u jang bersifat konsonan" (Seidenadel). Huruf w dalam bahasa Makasar berbunji seperti ou dalam kata ouate dalam bahasa Perantjis" (Matthes).
Ber-bagai² gedjala bunji dalam bahasa Indonésia bertali dengan bunji kedua setengah-harakat (vokal) itu. ,,Djika seorang orang Dajak berbitjara dengan per-lahan², maka huruf y diutjapkan seperti hurup i péndék, djadi yaku diutjapkannja sebagai iaku jang terdiri atas tiga suku kata" (Hardeland). Dalam beberapa bahasa Indonésia huruf w pada permulaan kata dibunjikan hampir seperti u; kata walu dalam bahasa Indonésia purba diutjapkan sebagai walu dan uwalu dalam bahasa Tontémboa.
Dalam bahasa² Indonésia, setengah-harakat (vokal) itu diutjapkan djuga dengan tjara lain. ,,Dalam bahasa Bunku huruf w ialah konsonan bibirgigi (déntilabial)" (Adriani). Djika dalam bahasa Roti w diutjap-kan sebagai f misalnja dalam kata falu jang sama artinja dengan kata walu (delapan) dalam bahasa Indonésia purba dan dalam bahasa Howa y diutjapkan sebagai z misalnja dalam kata hazu jang sama
25