Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

sebagai bahasa pengantar, generasi muda mengutjapkan bunjiletus bcrsuara sebagai konsonan geseran (spirant).” (Adriani).

35. Sistim tulisan dan edjaan (orthographie) dalam dua hal mempengaruhi djuga hal bunji.

I. Edjaan dalam beberapa bahasa, terutama bahasa² di Sumatra mempergunakan bunji lama. Menurut kaum penjelidik kata lépas ialah kata Indonésia purba. Bangsa Minangkabau mengutjapkannja sebagai lapeh tetapi menulisnja sebagai lapas; djadi bahasa-tulisan metnakai huruf asli pada achir kata itu. Tulisan sematjam itu membenarkan hal² jang telah ditundjukkan dengan djalan mem-bandingakan bahasa².

II. Kata² jang dengan tjara proklitis dan énklitis bersandarkan suatu kata jang tertentu, dalam banjak bahasa ditulis mendjadi satu kata. Dalam tjerita dalam bahasa Makasar, menurut J. Kukang (hal. 5 zl5 ), terdapat kalimat jang berbunji: nanitanrotanròwimo doweq (kepadanja selalu diberikan uang). Dalam kalim at itu na (dia) dan mo (partikel) disatukan dengan kata nilanrotanròdwi (selalu diberi). Menurut ilinu bahasa kebiasaan itu benar.

36. Dalam mepeladjari bunji dalam bahasa² Indonesia berbagai² téks perlu benar dibatja djuga. Téks² jang menundjukkan tekanan. kwantitét, dsb.-lah jang paling baik. Atjapkali dari téks² itu dapat diketahui lebih banjak hal² dari pada dalam buku² peladjaran. Seidenadel misalnja tidak mengemukakan teori dalam buku peladjarannja tentang bahasa Bontok, tetapi dari téks² jang diumumkannja orang dapat menjusun teori itu sendiri. Atjapkali teks² memperbaiki keterangan dalam buku² peladjaran. Mathes mengatakan dalam bukunja tentang tata bahasa Bugis (lihat keterangan dibawah nomor 193), bahwa kata ganti orang pertama (first person pronoun) ku dengan tjara proklitis tetapi tidak dengan tjara enklitis disingkatkan mendjadi u: tetapi dalam karangan jang diumumkannja „Budi Isĕtiharatĕ" terdapat kalimat: na-elòriy-aq woro-wanè-u. Tentang beberapa bahasa terdapat téks jang diterbitkan dengan saksama dan menundjukkan tekanan, kwantitét, dsb., tetapi belum terdapat buku peladjaran dan kamus.

37. Membandingkan bahasa² Indonesia dengan bahasa Indoger­man. Dalam monografi ini se-dapat²nja saja membandingkan gedjala² bunji dalam bahasa² Indonesia dengan gedjala² bunji dalam bahasa1 Indogerman. Usaha membandingkan gedjala² dalam bahasa² Indonesia

16