Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

3

toeroet berdoekatjita dengan orang lain jang saja sajangi amat sangat, sampai pada hati ketjilkoe; achirnja bibit itoe telah beroerat berakar dan toemboeh dengan soeboernja.

Tetapi hingga inilah perkara itoe doeloe, kemoedian hari dihoeboeng poela. Sekarang saja hendak mentjeriterakan tentang diiikoe sendiri kepada toean, seolah-olah akan berkenalan. Adapoen saja ini anak perempoean jang kedoea oléh regén Djapara; saudara saja ada lima orang laki-laki dan lima orang peiempoean. Kekajaan besar, boekan? Marhoem nénékkoe, Pengéran Ario Tjondronegoro, regén Demak, seorang jang soeka akan kemadjoean, ialah regén jang pertama-tama sekali di Djawa Tengah, jang memboekakan pintoe roemahnja oentoek djamoe jang djaoeh datang dari seberang laoetan: jaïtoe kemadjoean orang Eropah. Sekalian anak-anaknja jang pendidikannja tjara Eropah semoeanja, memoesakaï kemadjoean bapa meréka itoe setelah meréka itoe mendjadi bapa poela, memberi anak-anaknja pendidikan seroepa pendidikan jang telah diterimanja sendiri doeloe. Banjak anak-anak bapa moedakoe dan kakak-kakakkoe telah menammatkan sekolah menengah (H.B.S.), seboeah sekolah jang setinggi-tingginja, jang ada ditanah air­koe, dan kakakkoe laki-laki jang moeda sekali (dia ada tiga orang) telah lebih dari tiga tahoen ditanah Belanda, beladjar oentoek melandjoetkan kepandaiannja, dan doea orang jang lain itoe telah mendjabat pangkat pada Goebernemén. Kami anak-anak perempoean jang terikat kaki tangan kami oléh 'adat-'adat koeno tadi, hanjalah sedikit-sedikit boléh merasaï kelazatan kemadjoean tentang pengadjaran itoe; sebenarnja kami anak-anak perempoean, keloear pergi beladjar dan setiap hari meninggalkan roemah pergi kesekolah itoe soedah soeatoe kesalahan jang besar pada 'adat lembaga jang koeno itoe. Karena 'adat tanah air kami melarang anak-anak perempoean pergi keloear roemahnja. Pergi kenegeri lain kamipoen ta' boléh, sedang sekolah jang ada dinegeri kami jang ketjil ini hanja sekolah rendah jang biasa, sekolah Belanda Goebernemén. Waktoe saja telah ber'oemoer doea belas tahoen, maka saja dikeloearkan dari sekolah itoe. Saja wadjib masoek „koeroengan", saja ditoetoep didalam roemah dan sekali-kali tidak boléh keloear lagi. Kami tidak boléh lebih dahoeloe keloear dari roemah, kalau tidak bersama-sama dengan seorang soeami, seorang laki-laki jang tidak kami kenal, jang dipilih oléh orang toea kami oentoek kami dan dengan si laki-laki itoe kami dikawinkan dengan tidak setahoe kami. Sahabat kenalan kami orang-orang Belanda — sepandjang pendengaran saja kemoe­dian harinja — telah mentjoba dengan bermatjam-matjam daja oepaja akan mengoebahkan pikiran orang toea saja, soepaja dioebahnja kepoetoesan jang bengis, jang ditetapkan atas diri-