sih hidup sedikit sekali harapan akan hidup terus ditempat buangan karena kesempatan untuk mentjari rezeki tidak diberikan pada mereka. Njonja Fry berusaha, supaja kapal-kapal pengangkut itu diperbaiki. Djuga diichtiarkannja, supaja wanita-wanita itu ditempat jang baru mendapat kesempatan baik untuk mentjari nafkahnja dengan djalan halal.
Tetapi ia menganggap lebih penting lagi mengichtiarkan, supaja kaum wanita djangan sampai masuk pendjara. Sebab itu Njonja Fry mendirikan pemondokan-pemondokan bagi kaum wanita diberapa kota di Inggeris untuk mereka jang tak punja tempat kediaman dan untuk anak-anak. Ia mengerti, bahwa pendjagaan kesehatan rakjat jang lebih sempurna penting sekali. Ia pun mulai mengusahakan perbaikan rawatan orang sakit. Demikianlah Njonja Fry seolah-olah menantjap penundjuk djalan bagi kaum wanita turunan jang akan datang, antara mana kita sebut Florence Nightingale dan Josephine Butler.
Ketika Njonja Fry meninggal pada tahun 1845, maka Florence Nightingale jang djuga berasal dari orang kaja-kaja dan mulia ditanah Inggeris, mengembara di Eropah dengan perasaan tak puas. Gadis ini bertjita-tjita memperbaiki keadaan jang buruk dirumah-rumah sakit, tetapi orang tuanja dan sahabat kenalannja memandang maksud itu sebagai suatu tingkah edan sadja. Supaja ia lupa akan angan-angannja itu, maka orang tuanja membiarkannja bertemasja bersenang-senang mengelilingi Eropah. Tetapi apakah jang dilakukan oleh Florence? Ketika ia di Roma ia tidak pergi melihat segala gedung-gedung kuno jang termasjhur didunia itu, tetapi ia mengundjungi sebuah rumah sakit modern jang didirikan oleh kaum endang Katolik. Dan dalam perdjalanan sepandjang sungai Rhin di Djerman, ia tidak memperhatikan reruntuhan istana-istana zaman jang lampau, tetapi mengundjungi pendeta
78