Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/57

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
7. DAHULU TERKEBELAKANG, SEKARANG TERKEMUKA

„Masjarakat tak dapat berdiri dan tak akan dapat bekerdja betul-betul, kalau anggotanja separo merdeka dan jang separo lagi mendjadi budak. Hanja apabila kesadaran kaum wanita untuk merdeka ada, dan mereka ditentukan mendjadi teman dalam kehidupan, maka dunia akan dapat dilindungi dari mala-petaka jang akan menimpanja." Demikianlah ditulis oleh seorang utusan wanita India, Lakshmi N. Menon, berhubung dengan rapat komisi untuk menentukan hak-hak wanita di U.N. (Persikatan Bangsa-bangsa) jang diadakan pada permulaan tahun 1949 di Beirut.

Kaum wanita India amat lekas sedar akan kedudukannja dan mereka telah membuktikan, bahwa mereka sanggup "mendjadi teman dalam pergolakan hidup."

Seperti dinegara-negara Arab, di India pun berabad-abad lamanja telah mendjadi kebiasaan, mengurung kaum wanita dalam rumah. Mereka tidak diizinkan pergi kedjalan besar dan meraka dilarang bergaul dengan kaum lelaki. Kehidupan seorang wanita "purdah" (hampir semua wanita kaum purdah) seolah-olah berlangsung dibalik tirai. Dibalik tirai inilah letaknja dunia kaum wanita jang hanja boleh dimasuki oleh suami dan putera-puteranja sadja. Sedangkan budjang lelaki pun tak diizinkan memasuki "zenana" ini. Tetapi dari belakang tirai itu si Ibu mempunjai pengaruh jang amat besar atas keluarganja. Suara seorang ibu jang punja anak lelaki amat penting dalam segala putusan jang diambil oleh suami dan anak-anaknja. Tetapi dalam hakekatnja wanita ini masih termasuk dalam seperdua bagian penduduk dunia jang mendjadi hamba.

Pergerakan kemerdekaan di India berhubungan rapat

55